Nama : Neni Afriani
Priodi : Piaud
Nim : 2013470010
Matkul : Ilmu Komunikasi
Viani adalah seorang ibu tunggal bagi sepasang buah hati nya yang telah di tinggal suami nya selama 11 tahun dan waktu itu masih mengadung anak yang ke 2 di usia 3 bulan dalam kandungan, memiliki sepasang dua buah hati dari suami nya adalah anugrah yang luar biasa allah titipkan untuk dididik dan dibesarkan dengan kasih sayang yang utuh baik sebagai bapak dan ibu.
Berat rasanya beban yang di tanggung dari membiayai pendidikan dan biaya hidup. Karena semasa suami masih hidup tidak ada harta ataupun usaha yang ditinggalkan. Untuk memenuhi keutuhan sehari hari viani harus rela berpisah dengan kedua buah hatinya pergi ke negri Jiran sebagai TKI.
6 tahun yang lalu Viani memberanikan diri untuk meninggalkan buah hatinya untuk diasuh oleh paman (adk dari alm. Suami nya) berjuang demi membuat tempat berteduh dan berlindung dari hujan dan panas. Selama 6 tahun di negri Jiran sebagai TKI. Viani bekerja sebagai tukang masak di restoran dengan bekal berani dan tekad yang kuad Viani dapat membuat gubuk yang layak dijadikan tempat tinggal karena anak-anak nya sudah mulai besar, 6 tahun berpisah Viani pun luluh hatinya karena rayuan buah hatinya mengajaknya berkumpul kembali di kampung halaman sebuah kampung di kota P. Siantar.
Akhirnya Viani pun mengetahui perkembangan fisik dan kriteria kedua buah hatinya. Namun apa hendak di kata nasi sudah menjadi bubur anak pertama dan keduanya tidaklah layak nya akhlak anak yatim yang bisa di andalkan kebaikan dan ke sholehannya.
Cukup sudah derita yang dialami Viani anak pertamanya yang bernama Desy tak dapat menghargai dan menerima keadaan orang tua sebagai sigle perent. Perbuatan dan tingkah laku yang sering di luar nalar anak usia SMA. Karena seringnya membandingkan keadaan orang tuanya yang serba pas pasan. Dan selalu meminta sesuatu dengan bentakan dan membuat hati Viani menjadi luka dan bersedih.
Viani selalu berucap “air susu yang kuberi air tuba yang di balasnya”. Begitu juga dengan anak bungsunya seorang lak- laki berusia 10 tahun yang selalu berlagak orang kaya dengan omongan yang seakan-akan orang kaya dan meninggi.
Dengan media sosmed Viani pun menemukan panti asuhan yang mana ada juga santri-santri dalam lingkungan yayasan pondok pesantren dengan rasa ingin berjuang kembali ke negri Jiran untuk melunasi hutang-hutang masa membangun rumahnya yang lalu dengan bantuan seorang yang dermawan. Walaupun dermawan itu belum meminta tagih hanya selagi sehat dan nyawa di badan Viani harus segera melunasinya. Dan kedua anaknya pun tau bahwa rumah yang di bangun itu masih ada sangkutan hutang-piutang yang harus segera di bayar.
Viani pun meletakkan kedua buah hatinya di salah satu pondok pesantren yang memiliki panti asuhan. Karena di yayasan tersebut kebutuhan makan dan biaya sekolah kedua buah hatinya di tanggung oleh yayasan.
1 minggu menjelang kepergian viani untuk bekerja ke Malaysia, viani pun menyempatkan waktu untuk menjenguk desy ke sekolahnya di salah satu smk n 1 p.siantar dengan membawa segala kebutuhan yang dibutuhkan desy dan adiknya putra. Sesampainya di gerbang sekolah viani ijin ke guru piket untuk memanggilkan buah hatinya yang duduk di kelas x tata busana. Dengan di temani seorang yang dermawan yang selama ini membantu biaya hidup dan Pendidikan desy dan putra anak viani. Dengan tersenyum desy melihat kedatangan ibunya namun dengan bermuka masam desy melihat ibu rita (seorang gadis berumur yang menjadindermawan untuk anak yatim) rita tidak mengetahui apa alasan desy untuk bermuka masam kepadanya. Padhal ibu rita yang selama 10 tahun ini membantu segala kebutuhan desy dan putra.
Setelah desi bersalaman kepada viani dan mereka saling berpelukan antara ibu dan anak yang mewujudkan rasa kerinduan sang ibu karena sudah satu bulan viani belum menjenguk anaknya di pondok pesantren.
Viani pun bercerita bahwa minggu depan dia akan berangkat bekerja di Malaysia agar dapat segera melunasi hutang piutang mereka. Tak lupa viani memberi bungkusan yang di bawanya dari rumah. Namun dengan bermuka masam desy menolak pemberian viani. Merasa malu atas kedatangan dan membawa bingkisan yang diberikan viani, malu kalua teman-teman disekolah nya akan mengetahui ibunya desy dan mengatakan bahwa dewi teman 1 sekolah dan 1 asrama tidak akan membantu membawakannya. Dengan rasa kecewa dan marah ibu rita melihat tingkah laku desy, bu rita pun menegur viani agar membawa bingkisan itu Kembali. Desy pun tertunduk, akhirnya viani dan bu rita pulang meninggalkan sekolah desy.
Di perjalanan ibu rita menasehati viani agar lebih sabar dan kuat dalam menghadapi tingkah laku desy, viani pun merasa malu dan menangis mengingat tingkah laku desy yang tidak menghormati ibu rita. Akhirnya viani pun mengajak ibu rita agar mengantarkan nya ke pesantren tempat anaknya tinggal, untuk menjenguk putra dan mengantarkan bingkisan yang berupa sabun, odol, sampo, hembody, bahkan roti dan buah-buahan untuk desy dan putra. Sesampainya di pesantren putra langsung menyambut kedatangan viani dan ibu rita dengan menyalam dan memeluk buah hatinya viani menangis dan berbicara kepada putra. Agar menjadi anak yang sholeh mendengarkan segala nasehat umi dan buya di pondok pesantren agar tidak menyianyiakan kesempatan yang diberikan yayasan pondok pesantren yang telah menyekolahkan dan membiayai segala keperluan makan dan biaya sekolah.
Bel sekolah pun berbunyi tanda berakhirnya segala kegiatan belajar dan desy menunggu yang sama- sama anak yatim yang di sekolahkan dan dibiayai Yayasan pondok pesantren. Desy pun bercerita kepada dewi bahwa ibunya tadi datang kesekolah dan membawa bingkisan kebutuhan desy dan putra.
Desy : kak dewi kalau ibu kakak datang kesekolah apa yang kakak lakukan? Dewi : ya senang dan bangga, ingin mengenalkan ibuku ke teman-temanku. Desy : ibuku tadi datang.
Dewi : emang kenapa? Kamu malu ya atas kedatangan ibumu kesekolah, selagi kita tidak berbuat kesalahan di sekolah mengapa harus malu, dan seharusnya lebih bangga karena ibu kita orang tua tunggal, yang selalu mendo’akan anaknya agar menjadi anak yang sukses.
Desy : ia, rasanya desy menyesal dengan Tindakan tadi, karena bu rita akhirnya marah dengan desy. Dewi : sudahlah jangan diulang lagi, rubahlah sikapmu, kalau menyadari itu kesalahanmu. Ayo kita segera pulang!
Sesampainya di asrama putra memanggil desy dan memberikan bingkisan yang di bawa ibunya dan ibu rita. Putra menyampaikan kepada desy atas harapan ibunya agar mereka bisa menjadi anak yang lebih baik lagi akhlaknya kepada orang yang lebih tua, dan putra bicara bahwa 1 minggu lagi ibu mereka akan berangkat lagi ke Malaysia agar dapat melunasi hutang-piutang nya kepada ibu rita. Dan bisa memiliki usaha agar di masa tuanya viani memiliki penghasilan, dan memiliki usaha untuk kebutuhan mereka di kemudian hari. Desy pun tertunduk malu dengan nasehat adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
1 minggu kemudian tepatnya hari sabtu seperti biasa desy dan dewi pulang sekolah, desy yang membawa kereta. Sampai di persimpangan pesantren desy menghentikan kereta, lalu dewi menegur dan menyuruh masuk ke gang karena jalanan sepi dari arah yang berlawanan namun desy tidak menghiraukan arahan dari dewi, dengan tiba-tiba desy masuk begitu saja dan hampir terjadi kecelakaan. Karena antara bahu dewi dan bahu pengendara lain itu bersenggolan. Dewi pun marah kepada desy dan terjadilah keributan antar dewi dan desy. Sesampainya di pondok dewi mengatakan kepada desy agar lebih berhati-hati dalam berkendara, desy pun melawan dewi yang akhirnya dewi menangis menuju asrama. Di asrama pun adik-adik bertanya kepada dewi, apa yang terjadi sehingga dewi menangis, dewi pun bercerita tentang kejadian yang barusan mereka alami.
Dengan santainya desy langsung menuju dapur untuk makan siang sepulang sekolah tanpa mengganti pakaian sekolahnya. Selesai makan desy masuk asrama dan bertanya kepada adik-adik di asrama, namun adik-adik itu tidak meceritakan Kembali apa cerita kejadian yang di sampaikan dewi. Suasana asrama yang sepi karena jam istirahat desy pun beraksi dengan membawa tas dan kabur dari pesantren. Sementara ada salah satu santri yang baru keluar dari wc melihat gelagat aneh dari desy dan mengatakan kepada pengasuh dan dewi, bahwa desy kabur. Karena merasa sempat mencari di keliling pondok, namun tidak juga menemukan desy.
Beberapa jam kemudian dewi menyampaikan kepada pembimbing dan menceritakan seluruh permasalahan yang ada dan dewi merasa bersalah sementara pembimbing memberikan arahan agar dewi merasa tenang dan tidak bersalah. Pembimbing yang seorang guru bk di smk dewi dan desy memiliki firast bahwa desy pergi ke rumah amel karena hanya amel satu-satunya teman yang pernah membawa desy bermain ke rumahnya. Malam harinya pembimbing menghubungi ibu rita dengan menanyakan kabar ibunya desy. Apakah sudah berangkat ke Malaysia, dan terjadilah pembicaraan antara pembimbing dan ibu rita.
Pembimbing (ibu rahma) : Assalamualaikum ibu rita, apa kabar?
Ibu rita : waalaikum salam wr.wb. alhamdulillah baik, bu rahma apa kabar? Bagaimana keaadaan desy dan putra? Apakah ada masalah lagi yang di perbuat antara desy dan putra?
Pembimbing (ibu rahma) : alhamdulillah kabar saya dan seluruh santri dalam keadaan sehat wal afiat, begitu juga desy dan putra. Semoga desy dan putra dapat merubah sikap dan tingkah laku mereka dengan baik.
Ibu rita : syukurlah bu kalau begitu, semoga allah selalu memberi perlindungan kepada kita semua. Pembimbing (ibu rahma) : apakah ibunya desy sudah berangkat kerja ke Malaysia bu?
Ibu rita : ibu viani belum jadi berangkat bu, kalau saya sudah 1 minggu ini sampai di Malaysia. Insya allah kalau tidak ada halangan hari ahad besok ibu viani berangkat karena tadi siang baru menyelesaikan semua dokumen.
Pembimbing (ibu rahma) : oo.. syukurlah bu kalau begitu, semoga allah permudah segala urusan kita semua. Assalamu’alaikum wr.wb.
Pembicaraan dengan chat pun selesai antara ibu rahma dan ibu rita.
Di pagi ahad yang cerah seperti biasa para santri melakukan kegiatan bersih-bersih dan kegitan lainnya. Tiba-tiba datang dewi untuk menghadap ibu rahma dan menceritakan isi chat dari ibu viani yang menanyakan kabar desy. Tak lama kemudian ibu rita mengirimkan chat dari ibu viani dengan amel teman anaknya desy. Dan ternyata amel telah memberitahukan keberadaan desy yang menginap di rumah amel.
Amel : assalamualaikum bu. Viani : waalaikum salam.
Amel : maaf bu, sebelumnya saya mau menyampaikan sesuatu tapi amel takut ibu viani marah. Viani : ada apa nak! Ceritakanlah, ibu siap menerima cerita itu.
Amel : begini bu, kemaren sore desy datang ke rumah saya dan desy bilang lagi ada masalah di pondok. Viani : astagfirullahal adzim! Masalah masalah apalgi yang dibuat desy di pondok.
Amel : tadi desy cerita tentang masalah sewaktu mereka pulang sekolah, dan terjadi pertengkaran dengan dewi teman satu asramanya.
Viani : tak sudah-sudah desy membuat masalah naik apa desy datang ke rumah amel karena desy tidak memiliki uang lebih.
Amel : desy datang di anter ojek bu, dan biaya ojeknya ibu saya yang membayarkan. Viani : ya allah kenapa desy ini selalu membuat masalah dan menyusahkan orang lain. Akhirnya viani berbicara melalui telpon genggam milik amel. Dan terjadilah pembicaraan itu. Desy : assalamualaikum umi, apa kabar?
Viani : waalaikum salam, baik. Apa masalah yang kau buat lagi Bersama dewi, jelas dewi marah karena kamu tidak mendengarkan arahan dari dewi untuk segera menyebrang tapi kamu malah ngelawan dewi dan kabur dari pondok. Sudah cukup penderitaan umi yang kau dan adikmu lakukan kepada umi.
Desy : umi lagi dimana? Desy mau pulang ke rumah, desy tidak mau lagi tinggal di asrama.
Viani : nanti jam 1 umi berangkat ke dumai menuju Malaysia. Mengapa kau buat masalah dan membuat umi ragu desy? Apa kau tidak mau sekolah lagi. Cepat kau pulang ke pondok, berikan hp itu ke amel.
Dan terjadilah percakapan antara ibu viani dan amel.
Viani : amel, ibu minta tolong antarkan desy hari ini juga ke pondok. Kalau tidak ibu bisa laporkan kamu kepolisi karena telah menampung anak ibu bermalam di rumahmu.
Amel : baik bu, tapi desy tidak mau balik ke pondok bu.
Ibu viani langsung menyambung 3 telpon dengan ibu rita, karena ibu viani bingung dengan sikap anaknya. Dan selama ini desy dan putra tau bahwa ibu rita lah yang membiayai kebutuhan mereka. Dan tersambunglah antara ibu viani, amel, dan ibu rita.
Ibu rita : amel, tolong antarkan desy ke pondok, kalau desy tidak mau juga, tolong jangan terima desy bermalam lagi di rumah amel. (sebenarnya ini adalah rencana desy untuk menghalangi ibu viani agar tidak pergi bekerja di Malaysia) ibu sudah tau gelagat desy dari keci lyang suka membuat hati umi nya menderita. Desy ini anak yang tidak tau diri dan tidak bersyukur.
Amel : baik bu rita, nanti saya sampaikan ke desy
Viani : tolong nak amel, sampaikan ke desy kalau dia masih sayang dengan uminya, segera pulang ke pondok, jangan susahkan orang pondok dan ibu. Karena ibu telah menitipkan desy untuk tinggal dan dibimbing, disekolahkan oleh Yayasan pondok pesantren. Jangan membuat malu uminya dan ibu rita.
Dan selesailah pembicaraan mereka melalu telpon, dengan rasa malu dan bingung viani segera menelepon ibu rahma selaku pembimbing di asrama. Untuk memberikan informasi bahwa desy bermalam di rumah amel, memohon maaf atas kelancangan perbuatan anaknya yang telah membuat pihak pondok menjadi khawatir. Dan bu rahma memberikan dorongan moril dan semangat kepada viani agar lebih tabah menghadapi ujian dalam mendidik anak yatim. Karena ibu rahma tahu trik dalam menghadapi anak yatim seperti desy selaku guru bk di sekolah desy.
Viani pun pergi lagi ke negri Jiran agar bisa segera membayar hutang-piutang dan dapat membiayai kebutuhan hidup yang akan datang untuk anak-anaknya agar tetap bisa menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Dalam perjalanannya menuju Malaysia melalui kota dumai dalam perjalanan travel yang di tumpangi mengalami kecelakaan di rantau prapat, tepatnya pukul 02.00 wib. Syukurnya viani tidak mengalami luka parah hanya kepalanya yang terbentur karena posisi viani dalam keadaan tidur. 1 jam kemudian viani dan rombongan lainnya lanjut menuju dumai dengan mengendarai travel yang lain dan sampailah viani ke kota dumai pukul 6 pagi.
Dengan berbagai bujuk rayu amel mengantarkan desy ke pondok pesantren, namun desy tetap tidak mau di antar sampai asrama. Amel pun meninggalkan desy di gerbang pesantren karena desy merasa malu akibat perbuatannya. Putra pun melihat kepulangan desy, putra berlari dan memeluk kakaknya desy. Sambil berkata pulanglah kak, minta maaf kepada bu rahma dan buya selaku pimpinan pondok pesantren. Jangan kakak ulangi lagi kesalahan yang sama, karena kabur adalah perbuatan yang sudah kedua kalinya dilakukan desy dengan kasus pencurian uang pengasuh di asrama. Desy pun masuk ke pondok ditemani putra, namun dasar anak keras kepala dan egois tetap tidak mau meminta maaf kepada buya selaku pimpinan, Ketika di tanya apa maunya desy selalu menundukkan wajahnya.
Adzan maghrib pun berkumandang, buya melanjutkan sholat maghrib, dan ibu rahma menyuruh desy untuk mandi dan bersiap-siap untuk sholat maghrib selesai sholat maghrib, buya memanggil desy untuk menghadap dan bertanya apa keinginan desy. Desy akhirnya menjawab bahwa desy ingin pulang ke rumah. Untuk memastikan apa benar viani (ibunya) sudah berangkat ke Malaysia. Sesampainya di depan rumahnya yang sepi, rumah bergembok ibu rahma dan buya meninggalkannya, desy pun mengejar ibu rahma dan buya, agar mengantarkan ke rumah keluarga ibunya (viani) namun ibu rahma dan buya tidak mengenal satu orang pun keluarga viani, hanya Bersama bu rita yang selama ini mengantar dan menjenguk desy dan putra. Dengan rasa takut desy ikut Kembali Bersama bu rahma dan buya menuju pesantren. Di tengah perjalanan ibu rahma mengajak buya untuk meruqiah desy, buya pun setuju atas rencana bu rahma. Tak lupa bu rahma menghubungi viani dan bu rita untuk ijin agar membawa desy ruqiah di rumah ustadz Ridwan. Ibu rita dan viani menyetujui rencana bu rahma dan buya. Ruqiah pun berjalan dengan lancar,desi pun menerima segala nasehat ustadz Ridwan karena di hatinya memiliki sifat yang kotor, yang iri dengan teman-temannya yang lebih darinya, tidak menerima keadaan orang tua yang sebenarnya pas-pasan.
Air mata tak terbendung sewatu proses ruqiah berjalan. Desy mengingat dosanya kepada viani, viani berjuang sendiri membiayai hidup, mendidik anak-anaknya. Dengan rasa lega mau menerima nasehat orang-orang yang memperhatikan desy dan putra. Proses ruqiah pun berjalan lancar desy pun ikut Kembali pulang ke pesantren karena desy merasa puas telah melihat rumahnya yang kosong dan yakin viani telah berngakat ke Malaysia.
Namun manusia berencana allah yang punya kuasa. Sesampainya di Malaysia Viani di tahan oleh pihak imigration karena orang yang telah menjanjikannya akan menjemput tidak kunjung datang akhirnya Viani pun di tendang (di kembalikan lagi ke negara asal) begitu berat perjuangan seorang ibu dari mulai mengandung, melahirkan, meyusui, membesarkan, dan mendidik buah hatinya seorang diri, walau Viani 10 bersaudara dan Viani anak bungsu, tak seorangpun abang dan kakak nya yang memperdulikan kehidupannya, baik kebutuhan hidup maupun biaya pendidikan kedua anaknya. Viani merasa hidup sebatang kara. Dengan anak anak yang sagat luar biasa tingkah lakunya.
Viani hanya mampu berd’oa semoga Allah bukakan pintu rezeki untuknya dan merubah sikap, sifat tingkah laku kedua buah hatinya.
Nb : Sayangi dan cintailah ibumu selagi ada di dunia.
Ridho Allah ridhonya orang tua.
SINKAP.info | Rls