SOROTAN di bawah bayang langit Riau yang semestinya dihiasi kemegahan karya manusia, kini terhampar kisah getir tentang janji yang menguap di simpang jalan. Di atas fondasi flyover Simpang SKA, yang seharusnya menjadi penghubung cinta dan keadilan, ternyata tersimpan cerita pilu pengkhianatan nilai.
Komisi Pemberantasan Korupsi, bak seorang kekasih yang terluka, mengurai benang kusut pengkhianatan di dalam proyek ini. Pada tahun 2018, kala harapan setinggi langit disematkan pada pembangunan itu, ternyata terselip langkah yang tidak tulus, melukai kepercayaan publik sang pemilik cinta di negeri lancang kuning ini.
Asep Guntur Rahayu, sang penjaga keadilan, menyingkap kisah kelam lima jiwa yang telah bermain-main dengan amanah. Mereka adalah YUN, sang pengatur alur pembangunan, GR, perancang mimpi yang telah melenceng, NR, kepala cabang yang kehilangan arah, serta ES dan TC, dua direktur yang memeluk bayangan ambisi.
“Kerugian ini bukan hanya soal angka, tetapi luka bagi negeri yang menitipkan kepercayaan,”
Sebuah harga perkiraan, senilai Rp159 miliar, disusun tanpa kira pada prosedur yang dirancangnya, tanpa perhitungan rinci yang layaknya simpul kasih yang matang. Akibatnya, kerugian negara mencakar angka hingga Rp60 miliar—sebuah pengkhianatan terhadap hati yang memberi.
Bukan hanya itu, jasa yang dijanjikan kepada PT Nusa Karya Dumpama, senilai Rp300 juta untuk analisis dampak lalu lintas, hingga kini dibiarkan mengambang, seolah goresan tangan mereka tak pernah dianggap. Adakah lebih menyakitkan daripada janji yang diabaikan begitu saja?
Proyek ini, yang dibiayai dari anggaran rakyat melalui APBD Riau 2018, kini menjadi saksi bisu atas kehilangan kejujuran. Di bawah nama PT Cipta Marga-Semangat Hasrat, impian itu dibangun, namun rasa percaya justru runtuh sebelum rampung.
Kini, KPK seperti seorang pecinta yang setia, tak lelah mengungkap dan menuntut tanggung jawab dari mereka yang bermain-main dengan hati bangsa. Sebab cinta pada negeri ini tak boleh ternodai, tak boleh dinodai oleh mereka yang lupa akan janji yang pernah terucap.
Di simpang jalan ini, di antara mimpi yang patah, semoga keadilan dapat kembali berdiri tegak. Sebab kepercayaan, seperti cinta, adalah fondasi yang tak boleh dikhianati.