Rahasia Golden Age dalam Kehidupan Anak

Opini332 Dilihat

OPINI, Sinkap.infoManusia adalah mahkota ciptaan Ilahi, yang mempunyai kapasitas menjadi khalifah dimuka bumi. Anak adalah mutiara titisan ibu bapa pewaris pusaka zahir batin, pelanjut estafet perjuangan agama, bangsa dan negara, pelapis jati negeri, harapan masa depan generasi. Teringat penggal pantun petuah minang “elok nagari dek panghulu, elok masajik dek tuangku, elok tepian dek nan mudo, elok rumah dek bundo kanduang”.

The Golden Age, yakni masa keemasan, dimana segala kelebihan atau keistimewaan yang dimiliki pada masa ini tidak akan dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Maka fase  golden age dalam kehidupan manusia merupakan masa yang paling krusial  bagi setiap anak. Pada periode inilah, sejak masa konsepsi  janin masih berada dalam kandungan hingga lahir dan berumur 5 tahun, merupakan masa yang menentukan baik dari segi kecerdasan maupun karakter seseorang di masa depan.

Berkaitan dengan ini pentingnya perawatan dan pendidikan yang baik pada periode golden age, Carnegie Ask Force seorang ahli pendidikan menyebutkan antara lain sebagai berikut :

Perkembangan otak anak sebelum usia 1 tahun lebih cepat dan ekstensif dari yang diketahui sebelumnya. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak. Pengalaman sensorik anak dengan dunia luar. Stress pada usia dini dapat merusakkan secara permanent fungsi otak anak, cara belajarnya dan memorinya.

Untuk itu para orang tua hendaknya bersungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan ini untuk membina potensi tumbuh kembang anak yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan mental, intelektual, emosional, moral, sosial dan spritual yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh  berkembang secara optimal.

Disebutkan juga oleh para pakar psikologi perkembangan bahwa sekitar 80 persen otak anak berkembang pada periode “golden age” otak anak berkembang dengan sangat cepat sehingga informasi apapun akan diserap, tanpa melihat baik atau buruk. Hal ini tentu perlu disikapi oleh para ibu bapa. Jangan sampai fase ini terisi dengan hal-hal yang negatif buruk dan merugikan.

Selaras teori konseling modifikasi tingkah laku, moment ini mesti kita picu kearah baik yang diinginkan, apapun situasi baik yang kita lakukan akan memberi dampak yang berkesan pada anak, sejak masa persepsi sudah harus menjadi perhatian.

Sebuah kisah pasangan muda mengisi agenda bulan madu mereka, kerap nonton bareng telah memberi imbas menjadikan wajah jabang bayi mereka mirip dengan wajah bintang idola mereka, wallohu a’lam”.

Maka sebaliknya  dengan izin-Nya tidak mustahil kalau generasi solafussholeh dan para ulama tempo dulu pernah melahirkan zuriat spektakuler luarbiasa, tiada tanding, bisa melahirkan anak-anak yang brilian hafiz Al-Qur’an di usia 7 tahun, ini tidak lain karena modifikasi tingkah laku yang mereka lakukan, menghadirkan karakter ibu-ibu mitsali yang hebat telah mengkondisikan anak selama masa kandungan dengan mengkonsumsi makanan sehat alami halal plus jaga hati dan iman sambil mengkhotomkan Al-qur’an 9 kali dalam masa kehamilan.

Inilah ikhwal amali trik luar biasa dibalik rahasia golden age yang dimenej dengan dinamika quantum kecerdasan multi ganda kognitif, emosional dan spritual maka lahirlah generasi Robi’atul Adwiyah sang sufi wanita, atau sang mujaddid imam mazhab seperti Imam Syafi’i (Rah. a).

Begitupun setelah anak  lahir, menjadi sebuah peristiwa penting berlanjut dalam rangkaian fase golden age,  orangtua  terus  membimbing dan mengarahkan anak dengan baik, dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Selain berperan sebagai pengawas tumbuh dan berkembangnya anak, orangtua bertugas menambah pengetahuan, terutama seputar pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai fase dan jenjang usia pertumbuhan anak.

Berdasarkan kajian neurologi dan psikologi perkembangan, kualitas anak usia dini disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) juga sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan psikososial yang diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena faktor bawaan harus kita cungkil, gilap dan asah dengan mengoptimalkan faktor lingkungan yang harus direkayasa dengan mengupayakan semaksimal mungkin agar kekurangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan tersebut dapat kita perbaiki.

Adapun pemanfaatan kesempatan ini tidak lepas dari aspek-aspek pembinaan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan berbahasa, kecerdasan kreatifitas dan yang terpenting adalah kecerdasan spiritual. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh ibu bapa dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dalam masa golden age antara lain:

Memberikan ASI pada bayi 0-2 tahun yang  bermanfaat  bagi daya immun tubuh, pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak Mengembangkan kepribadian sebagai aspek penting yang dibentuk dan ditanamkan sejak dini, menjalin suasana kasih sayang dengan pelukan dan dekapan sang ibu saat menyusukan anak membentuk kekuatan dan jati diri kepercayaan serta kedamaian yang optimis pada diri anak.

Selalu memberikan umpan balik, sehingga proses belajar anak tidak terputus. Lakukan pembiasaan terhadap pola hidup yang baik dengan cara pengulangan secara terus menerus agar menjadi sebuah karakter pada diri anak

Memberikan perhatian ekstra pada saat window of opportunity agar tidak kehilangan waktu prima untuk menstimulasi otak anak.

Mengembangkan pengalaman yang kaya bahasa. Penguasaan bahasa yang baik akan menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang.

Minimalisir kegiatan menonton televisi, kegiatan ini sangat tidak menunjang perkembangan otak anak terutama sekali pada usia yang sangat dini.

Berikan kesempatan berinteraksi sehingga anak mempunyai pengalaman yang luas dan memiliki fleksibilitas yang tinggi.

Selanjutnya, Mengkonsumsi makanan alami yang bergizi tinggi, Cukup tidur Hindari suasana ketegangan, kondusipkan suasana tenang dan nyaman. Menyediakan waktu untuk berefleksi, melatih anak untuk menarik nafas dalam-dalam, Banyak minum air putih, Menggunakan warna–warna terang seperti kuning, merah, orange. Mengajak anak mengaji dan bershalawat pada nabi, Mengajak anak bernyanyi melatih kebebasan berekspresi, sering mengajak anak tertawa dan bahagia, melatih keteraturan dalam melakukan kegiatan. Memberikan aroma suasana yang menstimulasi kewaspadaan seperti peppermint dan kayu manis. Pandai mengaitkan perasaan dan pikiran anak, dan melakukan dialog dan komunikasi intensif dengan anak secara empatik dan responsif.

Dan yang harus dijaga selalu agar senantiasa menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak suka meniru orang-orang signifikan, orangtua adalah guru pertama dan utama, sebagaimana telah dipatrikan dalam Al-qur’an bahwa ibu bapa adalah teknokrat sumber daya insani, penentu utama apakah anak mau jadi majusi, nasrani atau yahudi tergantung pada mereka dalam memberi warna spektrum konsepnya.

Maka penguatan kurikulum institusi keluarga perlu ditataulang kembali agar memenuhi cita rasa lompatan dinamika quantum percepatan terpenuhinya pembentukan karakter dalam membina dan membangun generasi Insan Robbany menuju  Insan Kamil yang mardhotillah mawardhotirrosul. InsyaAlloh.