Life Begins at Forty

KOLOM306 Dilihat

SINKAP.info – Elizabeth Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan menguraikan pembagian fase usia dewasa, bahwa: Umur 40 ini digolongkan pada fase usia Dewasa Madya yaitu: antara  40 – 60 tahun, sedangkan umur 21- 40 disebut sebagai fase Dewasa Awal, manakala umur 60 – Akhir Hayat disebut usia lanjut.

Sebuah anekdot  mengatakan “Life Begins at Forty”  (kehidupan dimulai pada usia empat puluh). Kenapa agaknya? Konotasi makna yang pas mungkin karena usia empat puluh sama dengan usia kematangan, andai pada periode usia dewasa awal  antara 21 – 40 kita berhasil menapak-tilasi kehidupan dengan baik, yang dalam istilah Psikologi Perkembangan sukses menunaikan tugas perkembangan di fase itu hingga mengantarkan kita pada tahap kemapanan dan kestabilan, baik dalam hubungan kerja (carier) maupun dalam hubungan keluarga dan sosial kemasyarakatan.

Usia 40 yang disebut sebagai awal dari usia Dewasa Madya sebetulnya adalah saat kematangan, baik dalam hal yang telah disebutkan diatas maupun dari segi pola pikir, pengalaman hidup dan kestabilan jiwa. Maka berdasar  variabel kesuksesan, kejayaan, kematangan, kemapanan dan kestabilan, usia 40 merupakan fase yang mempunyai makna tersendiri di dalam rentang perjalanan hidup seseorang.

Usia Tantangan
Dibalik kemapanan dan kestabilan ekonomi, kemudahan hidup mengundang banyak godaan, disamping penampilan fisik badani yang nampak awet muda, karena dipicu oleh fasilitas, keuangan yang memadai, maka peluang penyimpangan juga terbuka. Posisi seseorang yang mapan diusai 40-an, memang acapkali gagal dimaknai dengan tuntutan maknawi, karena di balik keberhasilan usia emas, mengandung konsekwensi amanah yang besar, baik pada keluarga, agama maupun bangsa dan negara.

Tak bisa dipungkiri usia ini  menyimpan ritme puberteit, semacam perulangan gejolak darah muda. Usia kematangan ini sering memunculkan intrik baru hasrat ingin bergaya sebagai jelmaan kemapanan diri. Fenomena ini dalam ilmu psikologi dimaknai sebagai tabi’i manusiawi. Tetapi ramai diantara  kalangan pasutri (pasangan suami isteri) memandang ini sebagai kecurigaan yang sakwasangka. Keinginan berhias supaya nampak lebih cantik, muda, dan gagah sering diartikan negatif,  karena tidak memahami ritme dinamika psikologis tadi.

Yang pasti godaan dibalik usia kemapanan ini secara alamiah ada. Apalagi dalam fenomena kehidupan hari ini memang amat mudah terbakar dengan gesekan-gesekan luar, lebih-lebih kalau masing-masing diri saling tidak mengerti dan tidak memahami ritme perjalanan usia biologis perkembangan individu manusia, yang  bukan hanya di usia 40 saja ritme perulangan itu bisa muncul, tetapi bahkan di fase usia yang lebih lanjutpun bisa terjadi, seperti pada usia 50 atau 60-an.

Fase ujian Iman dan Komitmen
Disaat-saat seperti inilah perlunya perdampingan persefahaman psikologis rohani melalui harakah pengajian yang berterusan, sehingga terpatri saling pengertian, rajut kebersamaan, dalam pencerahan dan motivasi arah kehidupan yang berkekalan dalam sinaran petunjuk-Nya. Institusi keluarga hari ini mesti dikuatkan dengan menghadirkan sebuah fikrah semangat hijrah agar kiblat hati dan orientasi kehidupan tetap fokus pada komit menggagapi redho Ilahi menuju kehidupan abadi.

Berkaitan dengan itulah kiranya sudut pandang agama memaknai usia 40 ini sebagai momentum pengingat, dimana dalam hal kesadaran agama kalau seseorang sudah mencapai usia 40 namun belum juga berubah perangai maka sulit diharapkan kesadarannya. Dalam hal ini  Baginda nabi SAW memperingatkan “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantap dan tidak dapat mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.” Sedangkan kematian itu dirahasiakan, kapan saja tanpa perlu tanda-tanda, alamat dan tak kira usia.

Maka dari itu, kesadaran bertobat jangan ditunda-tunda. Nabi SAW berpesan: “Orang paling bijak adalah orang yang selalu mengingati maut dan buat persiapan terhadapnya”. Karena kemungkinan  usia yang telah dilalui sudah lebih banyak ketimbang yang tersisa. Umur ummatku kata Nabi rata-rata sekitar 60 hingga 70 tahun, lebih daripada itu merupakan bonus, yang  berarti  kalau sudah mencapai usia 40 sedang budget yang diperuntukkan hanya  60 tahun maka sisanya tinggal 20 tahun lagi, sekitar 4 kali pemilu lagi, bila tanda-tanda keinsyafan belum tiba jua, maka camkanlah hadist diatas.

Oleh karena itu dalam memaknai usia kenyamanan dan kemapanan yang sering melahirkan perulangan ritme pancaroba, sikapilah dengan lebih arif dan bijaksana. Waspadalah, Jangan biarkan pikiran negatif berlabuh, berkhusnuzzhonlah selalu sambil terus meluruskan niat semangat ubudiyah sejati, enyahkan sakwasangka buruk dan pikiran negatif, sinari jiwa dengan pancaran nur kasih Ilahi, rangkul dan dekaplah putik jiwa terus dengan perdampingan rasa dalam suasana kedekatan psikologis yang menggelora, sebagai suatu penguat jalinan kasih pengingat pada musim semi tiba saat pertemuan dua hati insan bertaut.

Penutup
Menarik perhatian kita untuk  mengambil sikap positif didalam memaknai fenomena forty age. Dibalik kemapanan diri ada banyak pernik lambai godaan. Di balik kestabilan keadaan ada bermacam-ragam cobaan. Oleh itu usia kematangan forty age maknailah dengan seksama, arahkan kepada energi positif belaka, bina ubudiyah sejati demi meraih kasih redho-Nya, selamanya. Fahamilah bahwa bila kedudukan semakin kokoh menuntut tanggungjawab yang lebih besar, dibalik pangkat yang semakin tinggi menuntut kinerja yang lebih komit, dibalik keilmuan yang semakin mendalam meminta bakti yang kian meningkat, pendeknya ada tuntutan di balik setiap fenomena…Maka, bersiap dan bergegaslah! Wassalam.