LABUHANBATU, SINKAP.info – Pemerintah Desa Sei Nahodaris, Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhanbatu, kembali memeriahkan malam tirakatan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1446 Hijriah atau Suro dengan menggelar pertunjukan wayang kulit.
Acara pagelaran wayang kulit ini diadakan di aula desa mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat, Minggu (14/7).
Pagelaran wayang kulit ini turut dihadiri Plt. Bupati Labuhanbatu Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd, MM, bersama Camat Panai Tengah Amran S.Pd, MM, Kepala desa se-Kecamatan Panai Tengah, serta Bhabinsa Desa Sei Nahodaris Serma Chairul Anwar dan Sertu Roganda Tanjung, menambah kehormatan pada acara sakral budaya kejawen ini.
Selain itu, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh kepemudaan, dan warga sekitar turut hadir dalam acara yang sarat akan makna budaya ini.
Acara dimulai dengan doa bersama ruat bumi dan makan bersama menggunakan lontaran daun pisang, sebuah tradisi khas Jawa yang melambangkan kebersamaan dan kekeluargaan.
Dengan tema “Melestarikan Budaya di Desa Sei Nahodaris,” rangkaian acara ini tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga sarana edukasi dan pelestarian budaya.
Dalam sambutannya, Hj. Ellya Rosa Siregar mengungkapkan bahwa pertunjukan wayang kulit ini adalah puncak dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan dalam menyambut Tahun Baru Islam, termasuk tasyakuran pada malam 1 Muharram.
Menurut beliau, Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan seni tradisional, dan wayang kulit merupakan salah satu warisan budaya yang paling terkenal dan berharga.
“Wayang kulit adalah teater bayangan tradisional dengan sejarah panjang yang berakar dari pulau Jawa dan Bali. Seni ini tidak hanya mengandung nilai estetika tinggi tetapi juga sarat akan pesan moral dan ajaran agama,” ujarnya.
Hj. Ellya Rosa menambahkan bahwa sejarah wayang kulit erat kaitannya dengan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia pada abad ke-1 Masehi, yang kemudian beradaptasi dengan elemen lokal dan mitologi pribumi.
Di akhir sambutannya, Hj. Ellya Rosa Siregar berharap masyarakat Labuhanbatu terus menjaga dan melestarikan budaya leluhur, karena banyak nilai positif yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Camat Panai Tengah, Amran, S.Pd, MM, juga menyampaikan apresiasinya terhadap antusiasme masyarakat dalam melestarikan budaya ini.
“Pagelaran wayang kulit ini adalah bentuk penghormatan terhadap budaya yang diwariskan kepada generasi masa kini. Alhamdulillah, masyarakat di sini masih sangat antusias mengikuti dan melestarikan budaya ini,” ucap Amran.
Amran menambahkan bahwa acara puncak akan berlangsung hingga malam hari dan berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan di tahun-tahun mendatang.
“Kami mohon doa agar dalam mengabdi bersama teman-teman di Kecamatan hingga Kelurahan, kami bisa bekerja dengan aman dan masyarakat semakin sejahtera dan maju. Semoga di tahun mendatang kita bisa terus menjaga tradisi suroan ini,” ujarnya.
Pertunjukan wayang kulit malam itu tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi momen refleksi dan perenungan bagi masyarakat Desa Sei Nahodaris.
Dengan terus melestarikan budaya dan tradisi leluhur, mereka menunjukkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal tetap relevan dan berharga di tengah arus modernisasi.
Kehadiran Plt. Bupati Labuhanbatu Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd, MM, bersama Camat Panai Tengah Amran S.Pd, MM, Kepala desa se-Kecamatan Panai Tengah, serta Bhabinsa Desa Sei Nahodaris Serma Chairul Anwar dan Sertu Roganda Tanjung, menambah kehormatan pada acara sakral budaya kejawen ini.
Selain itu, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh kepemudaan, dan warga sekitar turut hadir dalam acara yang sarat akan makna budaya ini.
SINKAP.info | Laporan : Faisal