Kekeliruan dalam Penetapan Hari Jadi Pekanbaru, (Sebuah Penelusuran Berbasis Sumber Sejarah)

Opini144 Dilihat

Oleh: MUHAMMAD THOHIRAN, SE
Juru Pelihara Situs Cagar Budaya Komplek Makam Marhum Pekan

“MENGAPA harus tanggal 23 Juni 1784”. Sebuah pertanyaan yang mempertanyakan meluncur dari seorang pengunjung asal Cirebon saat berziarah ke Komplek Makam Marhum Pekan. “Pemda Cirebon saja menetapkan tanggal hari jadinya mengacu kepada penanggalan Islam, setiap tanggal 1 Muharam Tahun Hijriyah”, lanjutnya sambll menunjukkan file pdf Pasal 2 Perda Kodya Dati II Cirebon No.24 Th.1996 tentang Hari Jadi Cirebon yang tersimpan di andoidnya.
Bila kita simak Perda Kota Pekanbaru No.08 Th.2005 tentang Penetapan Hari Jadi Pekanbaru bahwa tiang pancang berdirinya Pekanbaru berpijak kepada tanggal 21 Rajab 1204 Hijriyah, hari Selasa, bersamaan dengan 23 Juni 1784 Masehi dan menetapkan tanggal 23 Juni setiap tahunnya sebagai pusat ingatan karena penggunaan kalender Masehi lebih dipahami oleh masyarakat.

Kehadiran data tekstual pembanding “le 19 de la lune de Redjeb, l’an de l’hégire 1204, c’est-à-dire le 4 avril 1790” dalam Correspondance des Deys d’Alger yang ditulis E. Plantet tahun 1889. Atau pun dalam Treaty of Edgheree, 20th June 1784 yang ditulis pada tanggal 1 Shaban 1198 dalam English Records of Maratha History, Poona Residency Correspondence Vol. 4, yang diterbitkan di Bombay tahun 1937, adalah sumber sekunder yang mengandung pernyataan tegas terhadap kekeliruan pembacaan cerita sejarah Pekanbaru selama ini.

Justru, fakta sejarah membuktikan bahwa tekstual penanggalan “23 Juni 1784 M” tercipta “berdasarkan data-data yang telah didskusikan”, yang dimuat dalam Rekomendasi Umum Seminar Sejarah Kota Pekanbaru 1978 yang ditandatangani oleh Drs. Suwardi MS pada tanggal 29 Mei 1978.

Sesungguhnya, Sejarah Kota Pekanbaru (Wan Ghalib,1980) sedari awal telah memberikan isyarat bahwa “dasar pijakan mengenai tanggal, hari, bulan dan tahun berdiri Pekanbaru” bersumber dari naskah Catatan tentang Sejarah Kerajaan Siak tulis tangan aksara Melayu milik almarhum Imam Suhil, yaitu “kepada Hijriah 1204 pada 21 hari bulan Rajab hari Selasa.”

Kecenderungan membiasnya makna “menurut catatan Imam Suhil” terlihat dalam kutipan “Hal itu diperkuat dengan catatan dari Imam Suhil pada 23 Juni 1784”, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kota Pekanbaru H. Ayat Cahyadi, S.Si dalam pemberitaan, “Wawako Pekanbaru: TP2GD Lengkapi Berkas Usulan Pendiri Kota Pekanbaru Sebagai Calon Pahlawan Nasional“, yang dipublikasikan oleh pekanbaru.go.id pada 14 Februari 2022.

Bahkan, mantan Wawako Pekanbaru tersebut berucap, “Catatan ini menjadi Perda Hari Jadi Kota Pekanbaru 2005 setiap tahunnya pada 23 Juni”, dalam portal resmi Pemerintah Kota Pekanbaru tersebut.

Persoalan kembali mencuat ketika data tekstual sumber sejarah berkata jujur untuk dirinya. Bahkan, menurut Pramoedya Ananta Toer, seperti dikutip Majalah Arsip ANRI No.56/2011, “Arsip membantu seseorang memperbaiki ingatan. Arsip menunjukkan kekuatan pribadi pemiliknya. Arsip tidak akan berbohong karena ia tidak bisa membantah dirinya sendiri”.

Semisal, “In het Jaar 1198, of het Christen Jaar 1784” dalam Amsterdamsche Courant Ao.1784 edisi 8 Juli 1784. Atau “Woensdagse” (Rabu) untuk hari penerbitan Leeuwarder Courant Ao.1784 edisi 23 Juni 1784. Atau “16 der Manne Gemadi-Allayel van het jaar 1204 (31 January 1790)” dalam Utrechsche Courant Ao.1790 edisi 26 April 1790.

Temuan sumber primer lainnya, berupa hasil penelitian astronomi yang dilakukan oleh J.E. Bode. Dalam Berliner Astronomisches Jahbuch fur das Jahr 1784, terbit tahun 1781, memuat tabel Calender der Turken das 1198 ste Jahr der Hegira, tertera data tekstual “20 Juni 1784 = 1 Shaban 1198”, dan dalam Berliner Astronomisches Jahbuch fur das Jahr 1790, terbit tahun 1787, memuat tabel Calender der Turken das 1204 ste Jahr der Hegira, tertera data tekstual “17 Maret 1790 = 1 Rajab 1204”.

Temuan hasil penelitian pakar asronomi Jerman abad ke-18 di atas dapat dijadikan sebagai data pembanding yang tak terbantahkan sekaligus sebagai sarana pembuktian untuk menolak secara ilmiah data tekstual, “Menurut catatan Imam Suhil Kerajaan Siak, pasar ini didirikan pada tanggal 23 Juni 1784 atau pada 21 Rajab 1204 Hijriyah” yang ditulis dalam Citra Kota Pekanbaru dalam Arsip (2021) dan Citra Kabupaten Kampar dalam Arsip (2022) terbitan ANRI Jakarta.

Permendikbud No.71 Th.2016 tentang Pedoman Pengumpulan Sumber Sejarah, menegaskan “Apabila suatu karya yang mengisahkan tentang masa lampau tanpa didasari oleh suatu sumber sejarah, dan hanya hasil dari imajinasi penulis, maka karya tersebut merupakan suatu karya fiksi”.

Padahal, Kepala ANRI Drs. Imam Gunarto, M.Hum dalam sambutannya di digital Citra Kota Pekanbaru dalam Arsip (2021) menyebut, “Khazanah arsip mengenai Kota Pekanbaru banyak tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)”. Karena, seperti yang disebut dalam Majalah Arsip No.61/2013, “Arsip statis yang dilestarikan ANRI merupakan deposit sejarah nasional yang tidak pernah berbohong (apa adanya)”.

Anakronisme yang terlihat dalam data tekstual kedua buku khazanah Naskah Sumber Arsip ANRI di atas terjadi, menurut pendepat Prof. Dr. Djoko Hadihandono, “Ketika Indonesia pada masa lalu dipandang sebagai Indonesia pada masa kini”. Bahkan, menurut Profesor Sejarah Kolonial UI tersebut, “Polarisasi yang terkesan dipaksakan ini mempersulit terwujudnya karya ilmiah yang ideal, yang bebas dari unsur subyektif dan tendensi tertentu”.

Jauh-jauh hari, Islam dalam al-Hujarat (QS.49:6), telah mengingatkan, “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Dalam bundel arsip VOC terdapat sumber sejarah mencatat bahwa tanggal 14 Mei 1784, Raja Muhammad Ali dari Selat Murong mengutus Aboel Bahier untuk mengantarkan sepucuk surat kepada Gubernur VOC di Melaka. Tanggal 14 Mei 1784, rombongan Raja Muhammad Ali tiba di Melaka. Tanggal 22 Juni 1784, Gubernur Melaka menerima surat Raja Siak bertanggal 21 Rajab 1198 (10 Juni 1784), menginformasikan bahwa ayahnya, Ouden Heer (Raja Tua Muhammad Ali) sedang berada di Melaka.

Temuan arsip VOC lainnya, tercatat arsip statis salinan surat bertanggal 7 Mei 1789 dari Pemerintah Melaka yang berkabar kepada Raja Muhammad Ali di Siak tentang peristiwa pembunuhan yang diperbuat oleh para perampok dengan nama samaran Rover yang telah meresahkan masyarakat. Dalam surat Melaka tersebut memuat data tekstual “Stapelplaats maakt”. Bisa jadi tertuju untuk sebutan Pasar Senapelan. Wallahu ‘alam.

Penamaan “Pekanbaru” berdasarkan sumber sejarah yang terawal, hingga saat ini pun belum diketahui secara pasti kapan pertamakali disebutkan. Sebatas hasil penelusuran, temuan sumber primer tertuju kepada naskah aksara Melayu “Hikayat Abdullah” yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Dalam khazanah sastra Melayu yang tersimpan di National Library Board Singapore tersebut memuat data tekstual, “Fakan Baru” bertuliskan aksara Melayu.

Kemudian dalam tahun 1932 “Hikayat Abdullah, Jilid Yang Pertama”, sebuah khazanah Hikayat Malay Literatur Series 4, bertuliskan aksara Latin, yang memuat data tekstual dalam potongan narasi, “karna perniagaan terbuka dalam negeri Siak atau Pekan Baharu”. Mungkin sejak saat itu khalayak ramai di Tanah Semenanjung mengenal Kota Bertuah ini dengan penyebutan “Pekan Baharu”.

Dikarenakan naskah Catatan tentang Sejarah Kerajaan Siak tersebut “entah dimana rimbanya”, solusi terbaik adalah dengan memanfaatkan katalog naskah hasil kajian terdahulu. (1) katalog Checklist of Manuscripts in St. Catherine Monastery Mount Sinai, tahun 1955, dari Library of Congress USA, yaitu 3 Syaban 1198 H = 22 Juni 1784 M. (2) katalog A Survey of The Scientific Manuscripts in the Egyptian National Library, tahun 1986, dari University of Michigan Library, USA ini, yaitu 18 Rajab 1204 = 3 April 1790.

Terinspirasi ucapan Kepala ANRI tersebut, memicu penulis bertandang ke ANRI. Berbekal surat keterangan Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek tanggal 8 Mei 2023, dapat menyentuh langsung fisik naskah asli Surat Perjanjian Riau-VOC 1784, di Ruang Baca Gedung ANRI Jakarta, pada 15 Mei 2023. Nyata sekali bahwa tahun 1784 M = tahun 1198 H, bukan kepada tahun 1204 H.

Manalah boleh kita berkisah tentang peristiwa sejarah berdirinya Pekanbaru pada 23 Juni 1784, setelah fakta sejarah berkata lain. Bahkan, sejarawan Prof. Dr. Nina Herlina, MS pun menyindir dengan sopan, “informasi yang bisa dipercaya, accepted history, meski tidak lengkap jauh lebih berharga bagi masyarakat daripada sebuah kisah sejarah yang meninabobokkan bagai dongeng sebelum tidur”.

Bandar Senapelan, 20 Juni 2023.

SINKAP.info | Rls