Ramadhan dan Al-Qur’ān

Islam72 Dilihat

ISLAM, SINKAP.info – “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an; sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan penjelasan rinci bagi petunjuk itu.” (Qs.2:185)

(1)
Bulan Ramadhan dan Al-Qur’ān bak dua sisi mata uang yang mustahil dipisahkan. Karena Al-Qur’ān diturunkan oleh Allah di bulan istimewa ini. Namun, sebelum penulis melanjutkan artikel ini, mari kita hayati pertanyaan ini berikut jawabannya.

Apakah Al-Qur’ān itu? Jawabannya: Kalāmullāh (Kalam Allah). Mari tadabburi dan hayati sungguh-sungguh. Al-Qur’ān adalah Kalam Allah.

(2)
Al-Qur’ān diturunkan oleh Allah pertama kali di bulan suci Ramadhan. Tujuan utamanya: sebagai petunjuk bagi seluruh manusia (Qs.2:185). Ya, manusia. Kita ini. Jadi, Al-Qur’ān adalah ujaran Allah kepada kita dan memang untuk kita. Secara umum untuk manusia. Secara khusus untuk kaum beriman dan bertakwa (Qs.2:2). Isi dan kandungannya lurus, benar, tidak ada yang menyimpang (Qs.18:1). Karena ia senantiasa menunjuki manusia kepada kehidupan yang terbaik (Qs.17:9).

Selain itu, Al-Qur’ān itu ayat-ayatnya tersusun rapi dan detail (Qs. Hūd: 1), karena diturunkan dari sisi Allah (Qs. an-Naml: 6); berfungsi pula sebagai penawar sekaligus rahmat bagi orang-orang yang beriman (Qs.17:82). Inilah diantara keistimewaan Al-Qur’ān sebagai Kalam Allah itu.

(3)
Hanya saja isi dan kandungan Al-Qur’ān tak serta-merta mudah dipahami. Ia butuh kepada penjelasan dari Nabi Muhammad, para Sahabat, dan Tabi’in. Merekalah generasi terbaik. Maka, pemahaman mereka lebih diutamakan. Kemudian pemahaman mereka ini menjadi poin dan bahasan penting dalam ilmu Tafsir. Artinya, Al-Qur’ān tidak dapat dipahami dengan baik dan benar kecuali merujuk kepada penafsiran para ulama yang waratsatu’l-anbyiā’ hari ini dan di masa-masa mendatang.

Minimal, sebelum mengkaji Al-Qur’ān ada tugas dan kewajiban yang kita tunaikan terhadap Al-Qur’ān. Diantaranya adalah:
Pertama, tidak meninggalkan bacaan Al-Qur’ān. Membacanya ibarat wirid: terus diingat dan dihayati.

Kedua, belajar cara membaca Al-Qur’ān. Ketiga, hendaklah jiwa ini merasa dipengaruhi oleh bacaan Al-Qur’an.

Keempat, senantiasa mengulangi hafalan yang sudah ada. Jangan mudah-mudah melupakan hafalan. Dan kelima, mengamalkan kandungan Al-Qur’ān. (Lihat, Amr Khaled, ‘Ibādāt al-Mu’min (Kairo: Areej, 1424/2003), 235-252).

Nah, itulah kewajiban dan tugas utama kita di hadapan Al-Qur’ān. Karena Al-Qur’ān adalah sumber utama ajaran Islam. Tanpa Al-Qur’ān tidak akan pernah ada yang disebut Islam.

(4)
Untuk itu, harus sama-sama kita pahami bahwa Al-Qur’ān yang turun di bulan suci Ramadhan itu punya tujuan. Ia memiliki visi-misi. Ia tak hanya dibaca dan dikejar berkahnya. Ia juga tidak hanya untuk hiasan dinding. Ia pun tidak hanya dibacakan untuk orang mati agar mereka dirahmati Allah.

Al-Qur’ān diturunkan untuk dijadikan “kompas” perjalanan hidup. Ia juga lentera kehidupan sekaligus yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Karena berkah Al-Qur’ān akan turun setelah kandungannya diikuti dan diamalkan. (Syekh Yūsuf al-Qaradhāwi, al-Marja‘iyyah al-‘Ulyā fī al-Islām (Al-Qur’ān wa as-Sunnah) (Kairo: Maktabah Wahbah, 1992), 23).

Semoga di bulan Ramadhan ini interaksi kita dengan Al-Qur’ān lebih intens, lebih “mesra”, lebih serius dan lebih baik. Sehingga berkah Al-Qur’ān terus-menerus turun dan menaungi kita semua. Allāhumma Āmīn wa Allāhu a‘lamu bis-shawāb.[] (Selasa, 4 Ramadhan 1443/05/04 ).

SINKAP.info | Rls