Menlu Sugiono Sebut Kebijakan Luar Negeri Indonesia Sebagai Mata Air di Tengah Gurun

NASIONAL, Politik863 Dilihat

CARACAS, SINKAP.info – Pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu (PPTM) yang berlangsung di Pejambon, Jakarta Pusat, pada Jumat, 10 Januari 2025, mendapat perhatian luas. Menurut pengamat hubungan luar negeri dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa, kebijakan luar negeri Indonesia yang disampaikan Sugiono diibaratkan sebagai mata air di tengah gurun yang gersang, memberikan harapan baru di tengah ketegangan global.

Meskipun disampaikan dengan tegas dan tanpa ragu, menurut Teguh, pandangan-pandangan yang diungkapkan oleh Menlu Sugiono sangat jujur dan realistis.

“Pandangan Menlu Sugiono tentang situasi polycrisis di mana ketegangan di berbagai kawasan saling terkait akan memicu banyak negara yang terlibat dalam konflik untuk mempertimbangkan kembali strategi mereka,” ujar Teguh, yang saat itu berada di Caracas, Venezuela.

Menurut Teguh, penilaian Indonesia terhadap melemahnya solidaritas dan komitmen multilateralisme juga dipandang sebagai ajakan bagi negara-negara dunia untuk bersama-sama menjaga tata kelola politik global.

“Indonesia mengajak untuk melihat perdamaian sebagai jalan keluar, bukan konflik dan perang,” tambahnya.

Selain itu, Teguh juga memberikan apresiasi terhadap kebijakan Indonesia yang menghubungkan isu kedaulatan pangan dengan kebijakan luar negeri. Kebijakan dalam negeri yang berfokus pada pembangunan kedaulatan pangan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, menurut Teguh, juga sejalan dengan upaya Indonesia menjadi “tetangga yang baik” di kawasan.

Sebelumnya, pada November 2024, Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) yang dipimpin Teguh menggelar seminar internasional yang mengaitkan kebijakan kedaulatan pangan dengan diplomasi regional. Rekomendasi yang dihasilkan dalam Rakernas JMSI pada Desember 2024 mengajak masyarakat pers nasional untuk memberi perhatian serius pada kebijakan tersebut.

Teguh menambahkan, “Ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk lebih meningkatkan kehadiran dan peranannya di arena internasional. Seperti yang disampaikan Presiden Prabowo melalui Menlu Sugiono, kesejahteraan hanya bisa tercapai melalui perdamaian. Perdamaian datang dari saling memahami, dan saling memahami hanya bisa terjadi melalui pergaulan dan negosiasi.”