PEKANBARU, Sinkap.info – Maraknya ketidakadilan di negeri Indonesia membutuhkan advokad dan penegak hukum yang profesional. Rakyat indonesia terutama yang kurang mampu sering dijumpai menderita akibat struktur hukum yang timpang.
Menyikapi itu, aktivis senior Dr. Elviriadi, M.Si menyampaikan sejumlah gagasan kepada Kru Sinkap.info pada Sabtu (16/5).
Melalui aplikasi whatsapps massenger Ia menyatakan bahwa problematika hukum se’abadi kehidupan manusia, karena sifat ego dan keserakahan.
“Ya, hukum itu selalu hadir, meng-abadi dan senafas dengan kehidupan manusia yang kompleks,” katanya.
Pendiri Gerakan Masa Depan Indonesia (GMDI) itu menambahkan, ketidakadilan dan ketimpangan hukum menandakan kebutuhan zaman akan sosok advokad humanis, progresif dan melegenda.
“Saya kira justru kondisi carut marut tatanan sosio-yuridis seperti Indonesia ini akan melahirkan figur advokad besar yang melegenda. Syaratnya, dia harus tau jurus jurus marketing hukum,” beber mantan aktivis mahasiswa itu.
Aktivis Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) itu menyebutkan ada sekurangnya 4 jurus marketing hukum.
Pertama, kata pria gempal yang sering jadi saksi ahli itu menyebutkan “faktor nyali”.
“Ya, advokad harus putus syaraf takutnya, siapa pun yang menghalangnya akan disikat. Keberanian inilah yang membat dia populer,” ujar Elv
Kedua, cepat tanggap jika mendengar informasi berbau hukum yang timbul di tengah masyarakat. “Tumbuhkanlah daya sensitifitas terhadap ketidak-adilan, niscaya banyaklah pekerjaan pegiat hukum,” ungkapnya
Ketiga, suka memperdalam dan membaca buku dan literatur ilmu hukum.
Keempat, jadikan masyarakat sebagai eksprimen hukum. “Para tokoh besar dunia selalu melihat masyarakat sebagai ranah intervensi. Dia selalu ingin merubah masyarakat, melakukan atraksi politik hukum yang revolusioner. Apalagi ius constitutum sistem hukum indonesia penuh mafia dan markus (makelar kasus), disinilah ladang subur ‘samurai hukum” mengipaskan pedang kesejarahan dan ketokohan dirinya, “pungkas putra Selatpanjang yang istiqamah gunduli kepala demi nasib hutan.***
SINKAP.info | Editor: MKh
Komentar