Peringatan HUT RI ke-79 di KJRI Kota Kinabalu: Refleksi Kemerdekaan Kehilangan Makna

NASIONAL885 Dilihat

MALAYSIA, SINKAP.info – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 yang diselenggarakan di KJRI Kota Kinabalu, Sabah, pada 17/8/24, seharusnya menjadi momen penting yang sarat makna bagi seluruh warga negara Indonesia yang berada di luar negeri. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara tersebut berlangsung meriah, upacara yang dipimpin oleh Konsul Jenderal Rafail Walangitan, dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia di Kota Kinabalu. Sekolah Indonesia Kota Kinabalu dan Undangan Vip lain ya Namun, di balik kemegahan upacara dan keramaian pesta rakyat, terselip pertanyaan yang lebih mendalam: Apakah kemerdekaan yang kita rayakan ini benar-benar telah dimaknai dengan sepenuhnya?

Menggelar upacara peringatan kemerdekaan tentu bukan sekadar formalitas tahunan. Ini adalah waktu di mana kita seharusnya tidak hanya mengenang perjuangan para pahlawan, tetapi juga merenungkan makna kemerdekaan dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu aspek penting dari makna kemerdekaan adalah penghargaan dan apresiasi terhadap kontribusi individu dan kelompok yang telah berperan dalam pembangunan bangsa, baik di dalam maupun di luar negeri.

Namun sayangnya, peringatan tahun ini menyisakan rasa pahit bagi sebagian kalangan wni diaspora. Rasyid Riza, mantan Ketua Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri (Panwaslu LN) Kota Kinabalu tahun 2024, mengungkapkan kekecewaannya atas kurangnya apresiasi dari pihak KJRI Kota Kinabalu terhadap mereka yang telah berkolaborasi dalam tugas-tugas kenegaraan dibawah Badang Ad-hoc Bawaslu RI,khususnya selama Pemilu 2024. Dalam wawancara via telepon dengan SINKAP.info Sabtu (17/8).

Rasyid menyoroti ketidakhadirannya disebab kan tidak Adanya undangan resmi untuk menghadiri upacara HUT RI tahun ini, meskipun Panwaslu LN yang ia pimpin berhasil meraih penghargaan juara 1 kategori Sosialisasi dan Pengawasan Partisipatif dari Bawaslu RI pada Mei lalu.

Rasyid menegaskan bahwa apresiasi adalah bentuk penghargaan yang sangat fundamental dalam memanusiakan manusia. Penghargaan atas kerja keras dan jerih payah bukanlah hal yang seharusnya diabaikan, apalagi oleh institusi yang seharusnya menjadi representasi negara di luar negeri. “Memberi penghargaan di zaman kepemimpinan kepala perwakilan tentu tidak membuat diri rugi, bahkan sebaliknya, itu mencontohkan bagaimana seorang pemimpin seharusnya menghargai usaha dan kerja keras mereka yang telah berjuang,” ungkap Rasyid.

Jika kita melihat lebih jauh, kegagalan memberikan apresiasi ini tidak hanya sekadar masalah etika kepemimpinan, tetapi juga mencerminkan adanya masalah yang lebih dalam dalam budaya birokrasi kita. Penghargaan bukan sekadar bentuk pengakuan, tetapi juga merupakan insentif moral yang dapat memacu semangat dan kinerja. Tanpa penghargaan yang layak, bagaimana kita bisa berharap agar mereka yang bekerja keras untuk bangsa ini terus memberikan yang terbaik?

Selain itu, kurangnya apresiasi dari KJRI Kota Kinabalu juga menciptakan jurang yang semakin lebar antara perwakilan dan para wni maupun diaspora. Padahal, di Luar Negeri seperti Melbourne, Brunei Darussalam,Singapore apresiasi dan penghargaan turut diberikan kepada para WNI yang berprestasi. Baik lembaga negara maupun sosial lainnya,Hal ini bukan hanya mencerminkan penghargaan terhadap mereka yang berkontribusi, tetapi juga memperkuat ikatan antara perwakilan negara dengan masyarakatnya di luar negeri.

Rasyid mengungkapkan bahwa ia dan diaspora lainnya di Kota Kinabalu tetap setia mendukung Setiap program Kjri meskipun merasa kecewa. “Silih berganti pemimpin, kami tetaplah diaspora dan WNI yang terus bersama KJRI Kota Kinabalu. Kami di sini bersama anak dan keluarga, kami hanya ingin hadirkan suasana yang harmoni selama ini terbangun. Kami yakin ini hanya persoalan hati dan berjiwa besar, jangan warnai dengan segala macam pemikiran. Kami yakin matahari tetap satu dan tidak mungkin matahari menjadi dua di lingkungan KJRI Kota Kinabalu,” tegasnya.

Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi seluruh elemen pemerintah, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahun seharusnya tidak hanya menjadi seremoni belaka. Kemerdekaan juga harus dimaknai dengan tindakan nyata, salah satunya melalui pemberian apresiasi yang tulus kepada mereka yang telah berkontribusi. Hanya dengan cara inilah kita bisa memastikan bahwa semangat kemerdekaan tetap hidup dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan peringatan HUT RI yang ke-79 ini, kita perlu bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita benar-benar sudah merdeka dalam menghargai satu sama lain? Jika tidak, mungkin inilah saatnya kita memaknai kembali arti dari kemerdekaan yang sejati.tanpa mempersoalkan Semangat Nasionalis seseorang.

SINKAP.info | Laporan : Faisal