Prioritas Kembalikan Cost Politik Miliyaran, Harapan Rakyat Tergadaikan

Politik179 Dilihat

PEKANBARU, Sinkap.info Jelang Pilkada 2020 dibeberapa Kabupaten di Riau, masyarakat disibukkan dengan dukung mendukung calon kepala daerah.

Menyikapi hal itu, Tokoh LAM Riau Dr.Elviriadi ketika dihubungi melalui Whatsapps pribadinya menyampaikan pandangan serius untuk pesta demokrasi rakyat.

“Ye, Tahun ni tahun politik Pemilihan Kepale daerah di beberape Kabupaten seperti Meranti, Bengkalis dan lain lain. Nasehat saye, jagelah etika berpolitik di negeri Melayu. Janganlah banyak bertransaksi sehingga Bupati terpilih ‘tersandera’ modal milyaran,” bebernya dengan khas logat melayu.

Aktivis ICMI itu menilai demokrasi prosedural berlawanan dengan tradisi Melayu.

“Payah nak cakap, demokrasi kite inikan cuma prosedural, hanya sirkulasi wajah elit. Substansi untuk mensejahterakan rakyat serta mengatasi problem setumpuk jadi sulit,” ungkap mantan aktivis mahasiswa itu.

Elviriadi menambahkan, jika demokrasi prosedural ini diabaikan dari perhatian dan kritik kaum intelektual maka perubahan menjauh.

Ya, saya lihat bukan cuma rakyat biasa yang tersihir, tetapi para cendikiawan pun euforia, apa sudah susah membedakan haq dan bathil? Sindir pengurus KAHMI Nasional itu.

Akademisi asal Kabupaten Meranti ini menilai permasalahan masyarakat tak terjawab melalui Pilkada 2020.

“Kalau begini mahal harga cost politik menjadi pemimpin daerah, siapapun terpilih niscaya prioritasnya bisa ditebak akan kembalikan ‘ongkos politik’ milyaran. Penderitaan masyarakat bawah tak berubah, perampasan hak terus terjadi, kesejahteraan masyarakat jadi urutan kesekian! ” ketus Elv.

Akademisi yang sering jadi saksi ahli dipengadilan itu menambahkan reformasi telah mati muda.

“Reformasi 98 itu niat awalnya untuk memperbaiki berbagai sistem tata negara, kualitas politik, pemilu, pendidikan politik warga, tetapi entah kenapa, kok jadi blunder begini,” terang aktifis yang lahir di era reformasi ini.

Sampai 2020, kata Elv, inilah potret demokrasi Pilkada kite masih berlawanan dengan tradisi Melayu, yang melekat dengan Islam. Seandainya Kalau memang ada sogok menyogok beli perahu itu, Allah pasti murka. Rakyat diketepikan, pemimpin tambah kaya raya.

“Mungkin orang hari ini merasa kolot kalau bicara substantif, idealisme dan ideologis. Zaman mungkin dah berubah. Jangan salah kalau Riau tak bermarwah, menang sorak, kampungnye tetap tergadai,” pungkasnya.

SINKAP.info | Laporan : MF

Komentar