OPINI, Sinkap.info – Sejarah panjang umat islam menarik dicermati, sejarah umat Islam terentang sejang masa pra kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi sampai era Orde Reformasi Dikorupsi.
Sejak masa pra kemerdekaan…
Semua anak bangsa maklum, pekik Allahu Akbar dari umat Islam plus bambu runcing yang memerdekakan indonesia.
Tapi apa nyatanya, umat islam selalu diuji disetiap era, Orde Lama dicoba melalui gagasan Nasakom (Nasionalis, Agama, komunis). Pemberontakan PKI pun menggetar nusantara dua kali; 1948 dan 1965.
Orde Baru pun membuat umat Islam tersudut dengan pemaksaan Asas Tunggal Pancasila, Peristiwa Tanjung Priok dan kleidoskop kelam. Salah satu penyebab kunci upaya peminggiran Islam dari umat nya itu bersumber dari paham Sepilis (Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme). Paham ini mengatakan, ” jangan sedikit sedikit bawa agama-lah”.
Lembaran sejarah mencatat, bukan hanya pada zaman transisi Orde Lama ke Orde Baru saja, paham-paham yang disukai pemuda itu didengungkan. Soekarno pada tahun 1930-1940-an beberapa kali menuliskan pengertiannya tentang Islam. “Islam is progress. Islam itu kemajuan,” katanya.
Soekarno terang-terangan menyodorkan negara sekuler sebagai syarat kemajuan Islam. Pendapat ini menuai kritik berbagai tokoh Islam, seperti A. Hasan, Mohammad Natsir dan Ajib Rosyidi.
Mengenai bahaya Sepilis, sampai sampai Buya Hamka mengatakan: “Orang orang yang turut menyebarkan paham dalam masyarakat yang akan menegakkan kendornya rasa perjuangan, rasa jihad menegakkan cita Islam, bukan saja menjadi pelopor membawa ke jalan kafir, bahkan itulah pengkhianat-pengkhianat yang membawa nama Islam untuk menghancurkan kekuatan Islam dari dalam.”
Di era milenial, upaya upaya kaum Sepilis tidak kunjung surut bahkan mereka merasa semakin “kondusif” melihat peta politik di tahun 2020. “Dengan bergairah, oknum Pemuda Islam yang sebagiannya akademisi itu, menyebarkan isme-isme (paham) baru yang diimpor dari barat untuk menyebarkan rasa keragu-raguan atau melemahkan iman dan aqidah umat.
Mentang-mentang sudah dibawa orang bergaul dalam masyarakat yang agak ‘barat’, dia belum merasa progressif kalau belum turut bersorak mengatakan bahwa Islam tak dapat menjawab tantangan zaman. Umat islam jumud dan tertinggal. Jangan merasa hanya islam yang benar, semua agama sama sama memiliki nilai kebenaran (pluralisme agama).
Oknum Pengusung Islam Liberal selalu menyandingkan nama Islam di depannya; Islam inklusif, Islam progressif, islam kontekstual, islam universal dan lain lain. Selalu yang mereka dengungkan demi kemajuan Islam. Namun kenyataannya, apa yang mereka perjuangkan selau bertolak belakang dari manhaj dan wawasan Islam.
Corona dan Sepilis
Perubahan politik di masa pendemi Covid 19 apakah momentum memudahkan gerak langkah kaum Sepilis? Entahlah. Untungnya umat cepat tanggap, TKA Asing yang kabarnya bercokol di Bandara pun dipertanyakan. RUU Haluan Ideologi Pancasila pun dikawal dan pengurus masjid makin “pede” menjalankan tugas.
Tantangan menegakkan Islam, seperti Kata Da’i Sejuta Umat KH Zainuddin MZ, bukanlah jalan mulus yang penuh bunga di kanan kiri. Tetapi dalam setiap zaman, selalu ada pemuda pemudi islam yang tampil. Diantara kelam langit malam, terhidang satu bintang yang memeriahkan langit.
Seribu Sepilis akan habis ditaklukjan Pemuda Idealis, berpatri iman dia me-legendaris.*
Komentar