Pakar Lingkungan Dr.Elviriadi: Inilah Nalar Teologis HMI Terhadap Karhutla

RIAU66 Dilihat

PEKANBARU, Sinkap.info – Pernyataan sikap Badan Koordinasi (Badko) HMI Riau tentang kinerja penegak hukum dalam menangani kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau menuai kehebohan publik.

Sebelumnya (3/5) Badko HMI Riau-Kepri ditengah trendingnya isu Covid 19 menurunkan rilis pernyataan sikap yang menyesalkan asap kembali mengepul disejumlah Kabupaten/Kota di Riau. Menanggapi itu, pakar lingkungan nasional Dr.Elviriadi melalui aplikasi Whatsapps pada Kamis (7/5) memberikan pandangan menarik.

“Ya, saya udah baca berita online. HMI memang punya latar ideologis dan teologis untuk merespons kerusakan lingkungan semacam Karhutla,” ungkapnya.

Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu menyatakan organisasi HMI didedikasikan bagi operasionalisasi konsep dan kejuangan syariat Islam.

“Sejak berdiri, HMI berada di garda depan men-syiar Islam di tanah air. Sebagai kaum muda progresif, HMI melihat melestarikan lingkungan sejalan dengan “Maqasid Syariah” (tujuan dasar syariah) yaitu Hifzun Nafs/ memelihara nyawa dan hifzu dien (memelihara agama),” beber muballigh IKMI itu.

Elviriadi menambahkan, kebakaran lahan telah menimbulkan korban jiwa, penyakit pernafasan, dan mengganggu kemuliaan agama (hizbud dien) dengan ketimpangan penguasaan lahan konglomerat serta ketidak-adilan pada masyarakat kecil.

“Nah, nalar Teologis HMI itu beranjak dari Alquran dan Al Hadits, yang melarang pengilangan nyawa akibat asap, izin lahan memihak kaum kapitalis, dan penegakan hukum yang tajam kebawah, serta hilangnya hewan, keanekaragaman hayati ciptaan Allah Swt,” bebernya panjang lebar.

Pria gempal yang sering jadi saksi ahli di persidangan itu menilai, Badko HMI Riau Kepri telah memperlihatkan kritik konstruktif dalam koridor teologi lingkungan.

Punya landasan tauhid dan komitmen kebangsaan yang historis, HMI sudah tepat merespons isu Karhutla. “Sekarang inikan perguruan tinggi dan organisasi sipil banyak pada tiarap, sedangkan virus oportunis tengah disebarkan secara massif oleh tokoh penyembah duit,” ujarnya.

“Maka, wajarlah Hutan Riau tumpou lebou karena oknum ulama-cendikiawan tak kritis terhadap Kapitalisme bin Karhutla, ” pungkas peneliti asal Selatpanjang yang istiqamah gundul kepala demi nasib hutan.(*)

SINKAP.info | Editor: MKh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *