Jejak Sejarah Simbol Negara Kader Terbaik PDIP, Diabaikan Petinggi Bengkalis

Bengkalis391 Dilihat

BENGKALIS, SINKAP.info – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, kutipan kalimat tersebut merupakan rangkaian kesamaan kata mutiara BUNG KARNO Proklamator Pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mengingatkan para generasi penerus bangsa ini.

Jika kita maknai secara umum dari kata-kata ayahnda Pendiri Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) yang dinakhodai Ibu Megawati Sukarno Putri dapat diartikan munculnya sejarah karena ada pelaku Sejarah, ketika Sejarah dilupakan secara otomatis kita akan Melupakan Pelaku Sejarah.

Fakta melupakan peristiwa bersejarah itu sepertinya terjadi di Pulau Bengkalis, kota berjuluk kota Terubuk, dimana sejak 76 tahun Negara ini setelah merdeka baru pertama kali dikunjungi oleh Simbol Negara (Presiden Republik Indonesia) yang bertepatan dijabat oleh kader terbaik PDI-P, namun sangat disayangkan sekali, peristiwa yang ditinggalkan oleh Kepala Negara itu seakan tidak dihargai bahkan telah dilupakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis.

Momen bersejarah yang sudah sejak Tujuh Puluh Enam Tahun dinanti-nanti oleh masyarakat pulau Bengkalis, yang merupakan pulau terluar di Indonesia berbatasan langsung dengan negara Malaysia itu, terjadi tepatnya pada tanggal 28 September 2021 lokasi Pantai Wisata Raja Kecik Desa Muntai Barat Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

Penantian kehadiran Kepala Negara kala itu, dari sejak pagi telah ditinggu-tunggu oleh ribuan masyarakat, dalam rangka kunjungan kerjanya melakukan Penanaman Mangrove untuk memotivasi masyarakat di wilayah pesisir perbatasan negara agar melestarikan lingkungan dengan menanam pohon mangrove di kawasan pantai. Presiden Jokowi yang turun langsung menanam mangrove sebaga upaya menjadikan benteng alam (penyangga alami) untuk membantu mengatasi persoalan abrasi yang kian hari kian mengganas menggerus tebing pantai wilayah kedaulatan Indonesia sekitar pulau Bengkalis akibat ombak selat malaka.

Kunjungan Presiden Republik Indonesia ke 7 Kader Terbaik PDI-P itu, selain melakukan penanam mangrove di pantai Wisata Raja Kecik, juga menginjak kakinya tanpa alas kaki menelusuri Jembatan kayu terpanjang di pulau Bengkalis mencapai 800 Meter.

Jembatan yang diberi nama Datuk Bandar Jamal pelaku sejarah besar di pulau Bengkalis yang mana menurut catatan sejarah, beliau lahir di Desa Muntai anak dari Datuk Bandar Cik mas hasil perkahwinan dengan panglima Tuagik, atau ayah dari Datuk laksemana Raja Dilaut Pertama (Encik Ibrahim).

Pembangunannya pun boleh dikatakan 80℅ merupakan hasil swadaya dari kalangan Pemuda-pemuda setempat, mulai dari anak SD, SMP, SMA maupun pemuda dari anak-anak Nelayan, Petani Buruh yang tidak punya kesempatan untuk mengecap pendidikan disebabkan keterbatasan ekonomi orang tua atau dengan kata lain ANAK-ANAK WONG CILIK binaan Lembaga Swadya Masyarakat-Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan (LSM-IPMPL ) dari sejak awal.

MENARIK DIBACA:  Meriahkan HPN dan HUT Ke-77 PWI, Kalapas Bengkalis Donor Darah di PWI Bengkalis

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga sempat mengingatkan bahwa penanaman mangrove yang dilakukan agar dapat mendukung akan keberadaan ekowisata daerah (pantai wisata raja kecik), sehingga dampaknya dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar. Pesan tersebut langsung disampaikan oleh kepala Negara saat dihadapan ribuan masyarakat usai melakukan penanaman mangrove.

Sejak berdiri pantai wisata raja kecik sampai hadir kepala Negara, pantai yang dikelola oleh pemuda setempat bekerja sama dengan Pemerintah Desa Muntai Barat sesuai Peraturan Desa Muntai Barat Nomor: 2 tahun 2022 tentang Pengembangan Pantai Wisata Raja Kecik sebagai tempat Wisata, hingga april 2023 sepertinya tidak pernah sepi pengunjung hingga ribuan orang masyarakat lokal maupun mancanegara.

Penelusuran media ini ke pantai wisata raja kecik sekaligus mewawancarai beberapa pemuda yang mengelola pantai tersebut, mengatakan hasil dari pengelolaan pantai wisata raja kecik, mereka bagi beberapa bagian yaitu diantara nya: 20 % untuk anak yatim piatu, fakir miskin dan orang tidak mampu, 30% untuk operasional pengelola pantai, 7% untuk retribusi desa, 13% untuk petugas kebersihan pantai, 10% uang kas tahunan pemuda setempat dan 20% anggaran biaya perawatan fasilitas pantai secara keseluruhan.

Namun keluhan mereka, anggaran yang diperoleh dari hasil pengelolaan pantai belum mampu untuk membiayai perawatan jembatan kayu Datuk Bandar Jamal sepanjang 800 meter termasuk fasilitas lainnya secara keseluruhan. Ironisnya, kondisi jembatan yang tercatat pernah diinjak oleh Presiden Republik Indonesia, Jokowi tanpa mengenakan alas kaki itu hingga saat ini tidak mampu dirawat bahkan kayu jembatannya banyak sudah lapuk (rusak).

Begitu juga mangrove yang ditanami oleh Presiden Jokowi juga terancam punah, akibat terjangan ombak selat malaka. Kondisi mangrove yang ditanam tanpa dibuat pengaman tanaman secara permanen atau tidak dipikirkan bagaimana untuk menyelamatkan tanaman mangrove yang merupakan catatan sejarah penting di pulau Bengkalis oleh Pemerintah Daerah kabupaten Bengkalis yang di pimpin Bupati Kasmarni.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis terkesan setelah tanggal 28 september 2021, sepertinya tidak mau ambil pusing terhadap petunjuk atau petanda yang ditinggal oleh Kepala Negara di pantai wisata raja kecik. Kekesalan tersebut diungkapkan oleh beberapa pemuda pengelolaa pantai yang enggan namanya dipublikasi.

MENARIK DIBACA:  Pemkab Bengkalis Kuatkan Kemitraan Demi Turunkan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria

Lebih jauh sindir mereka yang diketegorikan masih muda belia itu, kepada Bupati Bengkalis selaku kepala Daerah “Jangan kan untuk mengembangkan pantai wisata raja kecik agar lebih baik dan mampu berkembang sehingga dapat membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat umum di wilayah perbatasan Negara terutama bagi UMKM, malah berkoordinasi dengan kami untuk bagaimana merawat apa yang telah ditinggalkan bapak Presiden pun tidak pernah,” ujar pemuda pengelola pantai.

Semenatara bupati Bengkalis sampai berita ini dipublikasi belum dapat diminta tanggapanya, karena terkesan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar pusat ibu kota kabupaten Bengkalis, bahkan menjadi buah bibir masyarakat Bengkalis bahwa bupati Bengkalis terindikasi lebih sibuk hanya mengurus untuk bagaimana pemperoleh penghargaan-penghargaan dari pihak tertentu demi untuk pencitraannya dalam rangka menyongsong pilkada priode berikutnya.

Sementara kondisi ekonomi masyarakat terutama masyarakat yang berdomisili di pulau terluar Indonesia (pulau Bengkalis dan pulau Rupat) di wilayah tapal batas Negara bak pepatah mengatakan kais pagi makan pagi dan kais petang makan petang.

Begitu juga Kepala Dinas Prwisata Kabupaten Bengkalis Edi Sakura yang merupakan mantan terpidana kasus penganiayaan anak di bawah umur sesuai putusan Pengadilan Negeri Bengkalis dalam perkara No: 154/Pid.Sus/2013/PN.BKS pun belum dapat untuk diminta tanggapannya terkait upaya untuk menjaga dan merawat jejak sejarah yang ditinggalkan oleh Kepala Negara di pantai wisata raja kecik.

Selaku pimpinan OPD yang membidangi Parwisata, sepatutnya Edi Sakura harus peka dan jeli bagaimana untuk memperhatikan dan mengembangkan potensi-potensi parwisata di wilayah Kabupaten Bengkalis yang menjadi perhatian maupun tumpuan ribuan masyarakat, apatah lagi yang menjadi perhatian khusus oleh kepala Negara, seperti Pantai Wisata Raja Kecik.

Namun sepertinya bagi Kadis Parwisata Kabupaten Bengkalis mantan kepala SMAN 4 Bengkalis tahun 2013 itu, seakan mungkin menilai kehadiran Kepala Negara ke suatu tempat seperti pantai wisata raja kecik tidak bermakna apa-apa, sehingga tidak perlu diperhatikan dan dikoordinasikan bersama masyarakat pengelola pantai maupun Pemerintah Desa setempat agar bagaimana bisa dikembangkan menjadi lokasi favorit wisata unggulan yang pernah di kunjungi oleh Kepala Negara.

SINKAP.info | Laporan: Jamil