Restorasi Mangrove Desa Teluk Pambang, YKAN Dorong Kesadaran Lingkungan dan Ekonomi Lokal

Bengkalis3086 Dilihat

BENGKALIS, SINKAP.info – Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) diakui mampu meningkatkan kesadaran dan memotivasi masyarakat Desa Teluk Pambang dan sekitarnya terhadap pentingnya restorasi mangrove untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Samsul Bahri, Ketua Kelompok Belukap dan Kepala Seksi Humas serta Resolusi Konflik LPHD Desa Teluk Pambang, pada tanggal 10 Juli 2024, di kebun mangrove di belakang rumahnya.

“Alhamdulillah, kehadiran YKAN melalui program MERA memberikan dampak yang positif, tidak hanya terhadap lingkungan tetapi juga terhadap perekonomian masyarakat. Kami berharap YKAN terus memberikan pembinaan dan pengetahuan efektif tentang pengelolaan mangrove,” ungkapnya.

Samsul juga mengakui bahwa melalui program MERA, kesadaran masyarakat di pulau-pulau pesisir meningkat terhadap pentingnya lingkungan hutan mangrove.

“Masyarakat Desa Teluk Pambang mulai mengerti betapa pentingnya mangrove bagi kehidupan, karena berbagai manfaat ekonomi dan lingkungan yang ditawarkannya,” jelasnya.

Samsul Bahri dan Kelompok Belukap telah berhasil mengelola kawasan mangrove seluas 40 ha di Desa Teluk Pambang. Mereka menghadapi berbagai tantangan, termasuk penanggulangan usaha panglong arang dan penebangan liar di desa mereka.

MENARIK DIBACA:  Bupati Bengkalis Sampaikan 2 Ranperda

“Berkat keyakinan dan kerja keras kami, mangrove kami tetap terjaga baik, dengan usia mangrove mencapai 20 tahun. Kawasan ini tidak hanya menghasilkan kepiting, udang, dan lokan, tetapi juga memiliki potensi sebagai objek penelitian dan wisata,” ucap Samsul.

Dia juga menjelaskan bahwa saat ini ada 10 kelompok mangrove, masing-masing beranggotakan 20 orang, bertanggung jawab untuk menanam, membibit, merawat, dan melindungi mangrove.

Samsul berharap agar pemerintah daerah dapat terus mendukung dan membantu pengembangan program restorasi mangrove di Desa Teluk Pambang.

“Kami berharap pemerintah daerah, provinsi, dan pusat dapat mendukung kami untuk memperluas budidaya dan restorasi mangrove di daerah ini, untuk mengurangi laju abrasi di Pulau Bengkalis,” tambahnya.

Sementara itu, Topik Hidayat, peneliti mangrove dari YKAN, mengatakan bahwa keberhasilan restorasi mangrove sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat sekitar, melalui pendekatan Community-Based Ecological Mangrove Restoration (CBEMR).

MENARIK DIBACA:  Bupati Bengkalis Resmikan Kantor Informasi Kelompok Perobatan Johor

“Di Desa Teluk Pambang, YKAN telah berhasil menerapkan CBEMR dengan melibatkan masyarakat dalam semua tahapan, mulai dari identifikasi masalah hingga pengambilan keputusan. Skema ini juga mengembangkan kapasitas masyarakat lokal untuk mengelola mangrove secara berkelanjutan,” jelas Topik.

Menurutnya, YKAN tidak hanya melakukan intervensi fisik, tetapi juga membantu dalam pengelolaan izin hutan mangrove di Desa Teluk Pambang, yang sebelumnya berstatus Hutan Produksi Terbatas (HPT).

“YKAN bersama Pemerintah Desa Teluk Pambang berupaya menjaga keberlanjutan hutan mangrove dengan mengusulkan izin Perhutanan Sosial untuk mengelola 1.000 ha hutan mangrove, dengan zona lindung 800 ha dan zona pemanfaatan 200 ha,” ujarnya.

Topik menambahkan bahwa peran aktif kelompok-kelompok mangrove desa telah memberikan dampak yang signifikan dalam menjaga kelestarian mangrove di Desa Teluk Pambang, yang kini menjadi tanggung jawab bersama bagi sekitar 100 orang anggota dari 10 kelompok mangrove desa.