OPINI, SINKAP.info – PERKENALAN saya dengan Bang Zulfan terjadi di masa-masa kuliah sekiranya di tahun 2001. Saat itu bang Zulfan sudah dikenal sebagai dosen kampus yang aktivis. Komunikasi kami terjalin lantaran background yang sama, sesama HMI. Diskusi rajin kami lakukan puncaknya saat saya menjadi Ketua BLM UNRI di tahun 2002-2003.
Diskusi yang kami lakukan, bersama lima aktivia lainnya saat mendirikan SEMAT (Serikat Mahasiswa Untuk Rakyat) dan hanya dengan 5 orang mahasiswa saat itu patungan biaya dan kami demonstrasi di bundaran jalan Nangka-Soedirman tahun 2002 mengkritisi proporsi APBD Riau yang kami anggap kurang menyentuh kepentingan rakyat.
Pertemuan rutin hari ke hari terjadi lagi di tahun 2008. Saat itu sama-sama sebagai bagian Tim Sukses RZ-MM (Rusli Zainal – Mambang Mit). Saya diserahkan tugas sebagai anggota beliau dan meramu data-data yang masuk. Menyiapkan pemetaan politik dan format pembentukan Relawan RZ-MM yang aplikatif dan praktis dilaksanakan di lapangan.
Setahu saya dalam skala Riau, pemakaian konsep relawan pertama terjadi di Riau ialah Relawan RZ-MM. Baru setelahnya banyak politisi lain membuat konsep Relawan yang serupa. Berhari-hari kami diskusi soal relawan ini, tugas saya-lah menerjemahkan hasil diskusi tersebut dalam bentuk konsep yang tertata rapi untuk dinilai oleh Ketua Tim saat itu Alm. Soegianto dan Penasehat Tim Alm. Thamrin Nasution dan diserahkan kepada Cagubri HM Rusli Zainal.
Perserta diskusi yang lain saat itu ialah Ridwan GP dan Rozalita Nasution. Masih terkenang saat itu bagaimana caranya menjabarkan konsep yang sudah jadi itu dengan lugas dan mudah dipahami kepada Rusli Zainal (Gubernur dan Ketua DPD GOLKAR saat itu) dan konsep itu ditelan bulat-bulat untuk segera dilaksanakan di lapangan.
Setelahnya, entah kenapa, saya diminta beliau untuk membantunya memenangkan kursi DPRD Riau dalam pemilu legislatif 2008, karena beliau akan maju kedua kalinya dari Dapil Dumai-Bengkalis-Meranti. Disaat itulah banyak saya pelajari bagaimana komunikasi massa dan kedekatan beliau di tengah konstituen. Ibarat kata hampir setiap desa dan kelurahan terutama di Kepulauan Meranti dimasuki beliau.
“Tidak bisa datang siang, malam pun jadi. Kalo dah janji datang ke orang kampong jangan tak datang dinda” begitu kenang saya mengingat pesan Beliau.
Bang Zulfan ini paling rajin melaksanakan Turnamen Sepakbola di kampung-kampung. Paling besar Turnamen Sepakbola yang dibuat beliau di Desa Mekong, dengan pesertanya seluruh desa di Kepulauan Meranti. Sampai-sampai demikian dekatnya dengan konstituen, banyak dari orang tua kampung, bicara di depan baliho beliau.
“Kalo ada orang kampung sini tak pilih Zulfan, kualatlah nanti,” saya sampaikan cakap dari masyarakat ke Bang Zulfan, dia cuman terkekeh.
Terakhir beliau bicara serius soal maju Pilkada Bengkalis atau Pilkada Meranti. Beliau berhasrat sekali maju di Kabupaten Bengkalis.
“Abang maju di Meranti saja bang, menang tu bang,” demikian ucap saya.
Namun Zulfan memilih Maju di Bengkalis dan saya sendiri saat itu tidak lagi menemani beliau. Saat berpisah beliau cuman bilang “kenapa tinggalkan abang dinda…”. Hal ini biarlah jadi rahasia kami saja.
Dua tahun belakangan ini setelah lama tidak berjumpa, kami dipertemukan lagi di SOKSI dan Partai GOLKAR Riau. Hari-hari yang lama tidak berjumpa saya melihat banyak perubahan dari Bang Zulfan.
“Bang…bagi saya abang ini Guru Politik saya,” ungkap saya ke bang Zulfan.
“ambil yang bagus buang yang buruk dinda,” begitu pesannya kepada saya.
Kemudian saya menarik kesimpulan, Apa arti Zulfan bagi Perpolitikan di Riau?
Zulfan Heri merupakan politikus yang langka. Tidak banyak politisi di Riau yang terus menjalin komunikasi dengan konstituen meskipun pemilu masih lama lagi dilaksanakan.
Tidak banyak politisi di Riau yang tetap menjalin komunikasi dengan konstituen meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai anggota Dewan.
Umumnya politisi memandang komunikasi dengan konstituen sebagai “pitih kalua”, tetapi bagi Zulfan hal ini tidak berlaku. Beliau tetap membina Turnamen Sepakbola di Meranti terutama Turnamen di Mekung – Alai. Tetap membina pengajian emak-emak dan group kasidah. Terus Menemui konstituen, istilah beliau akar rumput secara konsisten dan bagi Zulfan hal itu tidak dipandang sebagai “alamat pitih kalua”.
Kelangkaan lain menurut hemat saya adalah Zulfan Heri merupakan politisi akademik. Kenapa saya istilahkan sebagai politisi akademik? Karena beliau rajin sekali menulis setiap peristiwa politik lalu meramunya secara akademik menjadi artikel. Banyak sekali artikel beliau berserakan di media massa dan hingga kini baru dua orang politisi Riau yang saya amati punya hobi menulis seperti itu, yang kedua drh. Chaidir.
Politisi yang rajinnya menulis buah pikirannya di media massa secara tidak langsung konstituennya diberikan pemahaman mengenai sepak terjang politik dan pikiran-pikiran wakil rakyatnya. Dengan demikian wakil rakyatnya juga tanpa sadar telah memberikan pendidikan politik wabil khusus kepada masyarakat yang diwakilinya.
Singkat mengenang kepergiannya, tepat jam 05:30-an Hari Sabtu, (14/05) Group Official SOKSI Riau menerima informasi tentang berpulangnya Zulfan Heri ke pangkuan Ilahi. Tidak banyak legacy yang ditinggalkan beliau bagi politisi muda khususnya Riau. Namun legacy yang ditinggalkan itu sangat penting dan inti dari hakikat sebagai politisi.
Apa itu ? Rajinlah berkomunikasi dengan konstituen, serap aspirasinya. Datangilah akar rumput tersebut dengan ketulusan, tiada peduli apakah pemilu sudah dekat atau masih lama lagi dilaksanakan. Selanjutnya jadi politisi hendaknya mampu menjadi aktor pencerahan dan memberikan pendidikan politik ke masyarakat.
Bentuk apresiasi, Saya ucapkan Salam Hormat dan doa kami mengiringi kepergian Abang. Selamat jalan Bang Zulfan…
SINKAP.info | Rls