PHNOM PENH, SINKAP.info – Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman agama dan budaya, terus berkomitmen untuk memelihara persatuan dan kerukunan umat beragama. Kementerian Agama Indonesia memiliki peran kunci dalam mengatasi tantangan tersebut, terutama di tengah masyarakat yang multikultural dan multiagama.
Dalam pidato utama pada Konferensi Tingkat Tinggi Muslim-Buddha di Phnom Penh, Kamboja, Kamis (27/2/2025), Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, memaparkan empat strategi utama yang diterapkan Indonesia untuk menjaga kerukunan umat beragama di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
“Tantangan kerukunan umat beragama, terutama dalam masyarakat multikultural dan multiagama, semakin rumit dengan munculnya teknologi digital yang sering kali memicu penyebaran misinformasi dan berita bohong,” ungkap Kamaruddin Amin.
Kamaruddin memaparkan strategi pertama yang diterapkan Indonesia, yaitu memperkuat lembaga dialog antaragama. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menjadi garda terdepan dalam mengelola dialog antaragama dan membina kerukunan di seluruh wilayah Indonesia.
Strategi kedua berfokus pada pelibatan generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, dalam program pertukaran pemuda antaragama. Program ini bertujuan untuk menumbuhkan toleransi dan kerja sama sejak usia dini.
“Di Indonesia, kami menyelenggarakan dialog pemuda lintas agama. Di tingkat regional, ASEAN juga mengadakan dialog lintas agama yang melibatkan mahasiswa, seperti dalam forum MABIMS,” kata Kamaruddin.
Selain itu, kerja sama internasional menjadi fokus strategi ketiga. Indonesia berkomitmen untuk berbagi pengalaman dalam membangun toleransi dengan negara-negara yang memiliki lanskap keagamaan yang unik, seperti Kamboja.
“Penganut Buddha adalah minoritas di Indonesia yang mayoritas Muslim, sementara di Kamboja, Muslim merupakan minoritas di negara mayoritas Buddha. Berbagi pengalaman semacam ini sangat penting untuk memperkuat harmoni sosial,” tambah Kamaruddin.
Strategi keempat adalah memberdayakan komunitas agama setempat dengan mendukung inisiatif lintas agama yang mempromosikan dialog dan kolaborasi. Salah satu contohnya adalah yayasan lintas agama yang berfokus pada pengembangan ekonomi dan mengatasi masalah kemanusiaan, seperti kemiskinan dan tantangan lingkungan. Kamaruddin juga menyoroti inisiatif nasional Indonesia dalam mempromosikan penanaman pohon oleh komunitas keagamaan sebagai upaya untuk memerangi perubahan iklim.
“Langkah konkret seperti ini dapat menjadi kekuatan pemersatu, bukan pemecah belah. Dengan kerja sama lintas agama, kami yakin kerukunan umat beragama dapat terus terjaga dan menjadi pilar persatuan bangsa,” pungkas Kamaruddin Amin.
Konferensi ini menjadi kesempatan penting bagi negara-negara dengan keberagaman agama, seperti Indonesia dan Kamboja, untuk berbagi pengalaman dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama, baik di tingkat domestik maupun internasional.