PEMATANG SIANTAR, SINKAP.info – Kelompok perempuan selalu rentan menjadi korban dari krisis iklim yang terjadi. Untuk melindungi kelompok perempuan dan kelompok marjinal lainnya, United Evangelical Mission (UEM) Region Asia, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) bersama GreenFaith Indonesia berkomitmen untuk melawan kerusakan iklim tersebut.
“UEM telah mendukung dan membantu korban kerusakan lingkungan salah satunya masyarakat adat untuk dapat mempertahankan hak ulayatnya,” kata Advocacy Officer UEM Irma Simanjuntak saat training Keadilan Gender dan Iklim yang digelar di Aula Panti Asuhan Elim Kota Pematangsiantar kemarin.
Training yang diinisiasi oleh United Evangelical Mission (UEM) Region Asia, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan GreenFaith Indonesia dan diikuti sebanyak 50 orang mahasiswa asal Pematang Siantar, Balige dan Laguboti serta pemuda dari perwakilan organisasi Islam.
Para peserta training pun dibekali tentang Era Kolonialisme dan Dampaknya Terhadap Krisis Lingkungan di Indonesia, Kejahatan Lingkungan dalam Eksploitasi Sumberdaya Alam dan Dampaknya terhadap Gender Justice, dan tentang Faith and Climate Justice: Pandangan Islam dan Kristen.
Kemudian dilatih membangun pemikiran untuk gerakan berbasis agama dan contoh yang dapat dilakukan, membangun pesan atau strategi komunikasi, hingga membuat video & foto esai untuk media sosial yang langsung dipraktikkan sebagai bahan kampanye lingkungan.
Kepala Departemen Diakonia HKBP Pdt. Debora Sinaga menegaskan bahwa komitmen HKBP tercantum dalam konfesi atau dokumen pengakuan untuk melawan kerusakan lingkungan sebagai bagian dari suara kenabian gereja.
“HKBP bersama dengan lembaga lintas iman telah lama berjuang untuk menyelamatkan lingkungan melalui kampanye, pendidikan lingkungan dan bahkan ikut dalam aksi penutupan PT.IIU beberapa puluh tahun lalu,” ungkapnya.
“Tantangan sekarang malah semakin berat dan membutuhkan kerjasama dan networking, agar berjuang bersama melawan kerusakan lingkungan demi mewujudkan climate dan gender justice,” tambahnya.
Sementara itu, David Effendi, fasilitator dari GreenFaith Indonesia menemukan ekspresi antar generasi, keadilan gender, komitmen, dan kolaborasi lintas usia terjalin dengan baik dalam pelatihan ini.
“Peserta pelatihan ini memiliki latar belakang pengalaman dan khasanah pengetahuan ekologi dan teologi, siap belajar, dan siap mengaktualisasikan pengetahuannya,” kata David.
Nasional Koordinator Greenfaith Indonesia Hening Parlan mengapresiasi antusiasme yang sangat baik dari para peserta yang hadir dari kalangan kampus teologi dan aktivis lingkungan di organisasi keagamaan.
“Yang paling menarik, para peserta pelatihan sangat cepat untuk merespon apa yang akan dilakukan di kemudian hari, dan EUM juga siap memberikan support untuk project kecil mereka yang akan kita bawa untuk kampanye Faith for Climate Justice pada Mei 2024 mendatang,” ujarnya.
Hening juga berharap kampanye ini tidak hanya membawa dampak pada masyarakat lokal tetapi gaungnya bisa dampak hingga tingkat internasional.
SINKAP.info | Laporan: Ais
Komentar