INSPIRASI, Sinkap.info – Heboh soal anak saya yg berpenghasilan seratusan juta sebulan, sudah masuk media online dan mengundang banyak tanggapan. Biar ngak jadi fitnah, rasanya perlu saya jelaskan. Itu anak kedua, namanya Fathur Rahman, sekitar 22 tahun umurnya. Dia sebenarnya anak putus sekolah.
Lulus Fatih Billigual School di B Aceh, dapat beasiswa pemerintah turki dan kuliah di turki. Setahun di turki, dia balik ke Indonesia dan bilang tak betah di sana karena faktor makanan yg tak cocok.
Tes lagi, lulus di presiden university, Jakarta. Tahun ketiga, bilang ayah saya tak mampu. Oke bagus, sekarang Fathur ayah yg didik langsung. Saya serahkan dia 5 kolam udang. Saya tak mencampuri, tapi saya mengajari dan mengayomi. Setahun dia sudah mengembangkan jadi 13 kolam.
Pernah gagal, galau dan ngak pede jadi petani tambak. Tugas sayalah membimbingnya. Dan kini, sebagian besar udang yg beredar di Abdya hingga ke Aceh Selatan, Subulussalam dan Nagan Raya, adalah produksinya. Kadang dia juga mengirim ke Medan.
Sehari-hari dia naik Honda dan becak. Kalau panen, sehabis shalat subuh dia sudah naik becak dari Markisa ke pabrik es di ujung serangga. Dia membeli es balok sendiri, memikulnya sendiri, dan kalau becaknya mogok, subuh buta dia mendorong becak penuh barang itu ke pulau kayu.
Saya bangga, dia anak cerdas dan bekerja keras. Dalam foto yg makan bakso itu.
Anak pertama dari tamat SD masuk pesantren hingga lulus di Gontor. Tamat Gontor, lulus di luar negeri, tapi saya larang.
Ananda, kata saya, kalau kamu nanti jadi ulama, jangan tangan di bawah. Belajar bisnis halal dulu sama ayah, baru boleh kuliah lagi. Dia saya kasih juga tambak udang. Sukses malah sudah duluan ekspor udang, dan berhasil bermitra dengan sebuah BUMN.
Namanya Abrar Ridha, hafis Qur’an 30 juz, dan baru naik tingkat 2 di Al-Azhar, Mesir.
Sambil kuliah, dia memilih bisnis baru sebagai peternak kambing dan lembu sekarang. Dia bisa memanage dan mengontrol usahanya cuma dengan HP dari mesir.
Dia baru memulai, tapi target penghasilannya di atas 200 juta sebulan. Dalam foto, dia memakai kacamata.
Anak ketiga itu petani pisang, namanya Al-Muttaqin, kuliah tingkat terakhir di Jogja. Dia petani pisang, baru memulai. Dia menanam pisang, limbah pisang seperti batang, daun, dan bonggol untuk makanan ternak abangnya, sementara limbah peternakan seperti kotoran dan kencingnya, untuk pupuk pisang dia.
Mereka punya usaha berbeda, tapi bersinergi. Sebagai pengusaha dan petani pisang, dia juga saya tergetkan berpenghasilan di atas 200 juta sebulan.
“Jangan tinggalkan anak-anak mu dalam keadaan lemah. Itu pesan Allah lewat surat an-nisa. Termasuk lemah fisik, lemah ilmu, lemah ibadah, lemah adab, dan lemah ekonomi.
“Jagalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka” itu juga pesan Allah dalam Qur’an yg kemudian dikaitkan dengan hadis’, kemiskinan lebih dekat dengan kekufuran.
Maka anak2 saya harus saya didik sebagai pekerja keras agar tak miskin, dan agar tak lebih dekat dengan kejahatan karena jelas itu neraka ujungnya. Saya tulis ini, agar kalian yg membaca berita anak bupati berpenghasilan di atas seratus juta sebulan, tak salah paham.
Mereka tak satupun berminat kerja kantoran, tapi mandiri. Saya hanya seorang ayah yg ingin anaknya sukses segala hal, sebab itu mereka harus saya didik dengan cara saya.
Anak2 muda, semua punya kelebihan dan kemampuan. Jangan kalian iri, tapi coba belajar dan bangkit.
Saya mau membuka kiat2 sukses jadi petani atau pengusaha pertanian secara gratis, dalam forum2 diskusi rutin, misalnya.
Tapi kalau dicampur dengan kacamata politik, atau banyak kali pendapat yg tak punya kaitan dengan topik, malas saya. Kalau ada forum, saya senang sekali untuk berbagi.*
Penulis: Akmal Ibrahim
Komentar