ABRASI ORGANISASI

KOLOM, Opini267 Dilihat

OPINI, SINKAP.info – Pantai adalah salah satu tempat indah dimuka bumi yang setiap orang ingin mengunjunginya. Namun apa daya jika keindahan pantai tersebut mulai terkikis oleh ombak yang menghantam? tentu tidak banyak yang ingin mengunjunginya lagi. Kiita bisa lihat banyak pantai yang indah di belahan dunia yang mulai terkikis karena struktur pantai yang tidak kuat maupun karena hantaman ombak yang terlalu keras. Proses ini sering kali tidak terasa dari hari ke hari, namun dalam jangka panjang, perubahan yang dihasilkan bisa sangat signifikan.

Fenomena yang sama bisa terjadi dalam sebuah organisasi. Ada organisasi yang mulai terkikis keindahannya disebabkan mulai melenceng dari tujuan sebenar organisasi itu didirikan. Bahkan jika lebih parah bisa menyebabkan pantai atau organisasi itu hilang dari peta. Tanpa disadari, organisasi dapat mengalami pengikisan nilai, budaya dan semangat, sebuah proses yang bisa kita sebut sebagai “abrasi organisasi”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Abrasi bisa diartikan sebagai pengikisan batuan oleh angin, air, atau es yang mengandung bahan yang sifatnya merusak. Sedangkan Organisasi dalam KBBI dapat dimaknai sebagai suatu kesatuan atau susunan yang terdiri atas orang-orang dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga jika dimaknai dalam bahasa sederhana abrasi organisasi adalah proses pengikisan atau pelapukan nilai dan semangat yang terjadi dalam sebuah organisasi.

Kesulitan dalam melihat kemungkinan terjadinya abrasi organisasi adalah tidak ada ledakan atau badai yang menandai awal dari kerusakan. Malahan ia muncul dalam bentuk-bentuk yang jarang atau sulit terdeteksi dan pergerakannya sangat halus. Misalnya hilangnya kemampuan untuk memahami visi misi dan tujuan organisasi, sampai hilangnya semangat untuk menjalankan visi misi dan tujuan organisasi. Hal inilah yang menjadi tugas awal yang harus diperhatikan dan dicegah oleh setiap struktur kepengurusan dalam sebuah organisasi.

Dalam catatan sejarah Indonesia banyak organisasi-organisasi yang mengalami abrasi bahkan hilang dari peredaran masyarakat. Mulai dari Organisasi Politik, Organisasi Sosial, Organisasi Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan dan Organisasi Kemahasiswaan. Abrasi organisasi tersebut bisa terjadi karena faktor Internal dan Eksternal. Mulai dari kepentingan politik sesama anggota organisasi, hilangnya semangat berorganisasi bahkan kepemimpinan yang lemah. Selain itu bisa juga disebabkan karena intervensi yang kuat dari luar organisasi. Pengikisan organisasi ini tidak serta merta terjadi dalam skala nasional, ada juga yang mengalami abrasi organisasi hanya di tingkat daerah.

Contoh kecil abrasi organisasi bisa saja terjadi pada diri kita sendiri. Jika kita malas belajar, malas berolahraga, malas menjaga pola makan maka bisa dipastikan tubuh kita akan mengalami pengikisan dan mudah terkena penyakit. Contoh lain bisa juga terjadi pada organisasi tingkat sekolah. Misalkan saja Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). OSIS adalah organisasi pelajar yang diisi oleh anak-anak sekolah yang masih banyak butuh bimbingan dalam menjalankan roda organisasi. Jika seandainya guru atau pembina OSIS apatis terhadap pengurus yang ada, bisa dipastikan OSIS akan mengalami abrasi dikarenakan tidak ada dorongan dari luar struktur yang menyebabkan lemahnya kepengurusan dari dalam.

Selain itu ada juga contoh Organisasi Kemahasiswaan yang pernah eksis dan mengalami pembubaran pada awal-awal kemerdekaan yaitu Persatuan Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PPMI). Menurut sejarah PPMI tidak pernah dibubarkan secara resmi, namun secara fungsional organisasi ini mengalami pembusukan internal dan menghilang dari arena gerakan mahasiswa nasional. Ia adalah contoh organisasi yang bubar karena faktor internal, bukan karena ditekan pemerintah atau dilarang hukum.

Faktor Internal abrasi PPMI antara lain karena kurangnya konsolidasi nasional: Tidak mampu membangun struktur organisasi yang solid dan terintegrasi antar daerah. Fragmentasi anggota yang terdiri dari banyak kelompok independen yang sulit disatukan visinya. Minim kaderisasi berkelanjutan karena tidak ada sistem rekrutmen dan pelatihan yang mapan. Tidak adanya pembaruan strategi gerakan disebabkan gagal beradaptasi dengan era digital dan isu kontemporer mahasiswa. Ketergantungan pada momentum politik, dimana kehidupan organisasi sangat tergantung pada aksi-aksi insidental, bukan gerakan berkelanjutan.

Lalu apa-apa saja yang menjadi penyebab terjadinya abrasi organisasi?.

Jawaban ini adalah gambaran secara umum dan tidak bisa dijadikan patokan secara penuh terkait penyebab terjadinya abrasi organisasi.

Pertama, abrasi organisasi terjadi karena adanya kepemimpinan yang lemah dan tidak kompeten. Sebuah organisasi diwajibkan untuk memiliki kepemimpinan yang kuat dan kompeten, hal ini dikarenakan agar kepemimpinan dalam organisasi tersebut mampu untuk memberi arahan yang jelas, menjadi teladan dan menumbuhkan rasa semangat dalam berorganisasi. Ketika kepemimpinan dalam organisasi tidak mampu memberikan arahan yang jelas, gagal menjadi teladan, atau justru menumbuhkan rasa takut dan ketidakpastian, maka perlahan anggota organisasi mulai kehilangan pegangan untuk menjalankan arah dan tujuan organisasi tersebut.

Kedua, abrasi organisasi bisa terjadi karena komunikasi yang buruk. komunikasi adalah jembatan antar individu dalam sebuah organisasi. Setiap pengurus organisasi wajib menjaga keutuhan jembatan komunikasi agar tidak terjadi miskomunikasi. Jika pengurus tidak pandai menjaga keutuhan komunikasi antar sesama, bisa dipastikan akan mengalami kesalahpahaman antar sesama yang menjadi penyebab awal terjadinya abrasi organisasi.

Ketiga, abrasi organisasi bisa terjadi karena pengkotakan pengurus atau dalam bahasa anak zaman sekarang adalah circle-circle an. Hal ini lumrah terjadi dalam sebuah organisasi, penyebabnya karena dalam satu circle biasanya punya pemahaman politik yang sama. Circle tersebut hanya akan mengajak anggota lain untuk berkumpul dan bergabung jika mempunyai pemikiran yang sama. Hal ini yang akan menjadi kecemburuan pada pengurus lain hingga ia akan membentuk circle nya sendiri.

Keempat, abrasi organisasi bisa terjadi karena pengurus yang ada tidak memahami dengan baik apa yang menjadi visi, misi dan tujuan dari organisasinya. Setiap organisasi pasti mempunyai visi, misi dan tujuannya sendiri yang menjadi pedoman oleh setiap pengurus untuk dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Jika pengurus tidak memahami itu bisa dipastikan organisasi tersebut akan mengalami pengikisan secara perlahan.

Kelima, abrasi organisasi bisa terjadi karena ada pengurus yang masuk hanya untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Ada oknum-oknum yang bergabung dalam sebuah organisasi demi mencari dan mengamankan basis masa demi kepentingan politiknya. Selain itu ada juga organisasi yang hanya dijadikan sebagai jembatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Atau yang lebih lucu organisasi dijadikan tempat untuk mencari jodoh.

Keenam, abrasi organisasi bisa terjadi karena kurangnya inovasi dan adaptasi. Pemahaman yang kurang oleh anggota dalam melakukan inovasi sebuah program bisa menjadi penyebab dari sebuah organisasi. Selain itu kurangnya adaptasi oleh seorang pengurus dalam organisasi, ataupun kurangnya organisasi dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan luar (stakeholder dan organisasi lain) juga menjadi penyebab abrasi organisasi.

Gambaran diatas hanya sebagian penyebab terjadinya abrasi organisasi. Setiap pengurus organisasi mempunyai kewajiban dasar untuk memahami visi, misi dan tujuan organisasi agar tidak terjadinya pengikisan nilai, kultur dan budaya organisasi tersebut.

Namun terlepas dari itu, seperti abrasi yang terjadi pada pantai, abrasi yang terjadi pada organisasi juga dapat dicegah. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi abrasi organisasi.

Pertama, Pemimpin harus menjadi role model dalam organisasi. Pemimpin harus menjadi cermin dari nilai-nilai yang ingin dijaga. Menjadi contoh keteladanan anggota untuk bisa memotivasi anggota menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga anggota mempunyai semangat dan akan tercegah pengikisan dalam organisasi.

Kedua, komunikasi terbuka dan transparan. Ciptakan ruang aman untuk menyampaikan pendapat, kritik, dan ide. Pengurus organisasi mempunyai kewajiban untuk menjaga komunikasi agar senantiasa berjalan dengan baik supaya tidak terjadi kesalahpahaman masing-masing individu.

Ketiga, penguatan budaya positif. Menciptakan dan menjaga Budaya positif kerja harus senantiasa ditanamkan secara konsisten, tidak hanya melalui kata-kata tapi juga tindakan nyata. Hal ini akan memicu semangat dan kemauan anggota lain untuk bersama menjaga budaya positif tersebut.

Keempat, reorganisasi jika diperlukan. Ketika struktur sudah tidak mendukung tujuan, reorganisasi bisa menjadi solusi untuk menyegarkan sistem.

Jika abrasi pantai bisa dicegah dengan menanam pohon bakau atau peletakan tanggul, maka abrasi organisasi juga bisa dicegah melalui nilai, kepemimpinan, dan budaya organisasi yang kuat.

SINKAP.info | Rls