SINGAPURA, SINKAP.info – Menurut Allianz Risk Barometer 2025, gangguan bisnis (business interruption/BI) menjadi kekhawatiran utama bagi perusahaan-perusahaan di Asia, dengan 37% responden menyebutnya sebagai risiko terbesar untuk tahun mendatang. Risiko kedua terbesar adalah insiden siber, seperti pelanggaran data dan serangan ransomware, yang tercatat pada 31%. Sementara itu, bencana alam tetap berada di posisi ketiga dengan 27% responden di Asia mengidentifikasinya sebagai ancaman yang signifikan.
Allianz Risk Barometer ini didasarkan pada wawasan lebih dari 3.700 profesional manajemen risiko dari lebih 100 negara, yang menyoroti semakin eratnya keterkaitan antara berbagai risiko global. Gangguan bisnis menjadi perhatian utama di Asia, di mana ekonomi-ekonomi di kawasan ini semakin terintegrasi dalam perdagangan internasional dan regional. Kekhawatiran ini semakin diperburuk oleh insiden siber atau bencana alam yang sering kali mengganggu rantai pasokan global dan lokal.
Vanessa Maxwell, Chief Underwriting Officer Allianz Commercial, menyatakan, “Tahun 2024 adalah tahun yang luar biasa dalam hal manajemen risiko. Hasil dari Risk Barometer tahun ini mencerminkan ketidakpastian yang dihadapi banyak perusahaan di seluruh dunia. Yang menonjol tahun ini adalah keterkaitan antara risiko utama. Perubahan iklim, teknologi baru, regulasi, dan risiko geopolitik semakin saling terkait, menciptakan jaringan kompleks penyebab dan dampaknya.”
Christian Sandric, Managing Director Regional Allianz Commercial Asia, menegaskan bahwa gangguan bisnis tetap menjadi risiko paling signifikan di kawasan ini.
“Ekonomi Asia semakin berkembang dalam jaringan perdagangan global, khususnya di sektor manufaktur, dan kejadian seperti insiden siber atau bencana alam sering kali mengganggu operasional. Perusahaan perlu memastikan perlindungan yang memadai dan langkah respons yang kuat, termasuk pencegahan kerugian, pengembangan pemasok yang lebih banyak, serta kebijakan asuransi multinasional,” ujarnya.
Gangguan Bisnis: Ancaman yang Terus Meningkat di Asia
Gangguan bisnis tetap menjadi perhatian utama di Asia, dengan posisi teratas di China, Hong Kong, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. Risiko ini tetap tinggi karena gangguan rantai pasokan yang parah, banyak di antaranya diperburuk oleh pandemi. Asia kini menjadi kawasan perdagangan yang paling terintegrasi kedua di dunia, dan gangguan-gangguan seperti serangan siber atau bencana alam seringkali mempengaruhi ekonomi dan bisnis di kawasan ini. Gangguan rantai pasokan, baik karena serangan siber atau bencana alam, sering terjadi, dengan contoh insiden seperti runtuhnya Jembatan Francis Scott Key di Baltimore dan serangan di Laut Merah yang menunjukkan besarnya dampak dari gangguan tersebut.
Secara global, gangguan bisnis tetap berada di posisi kedua dengan 31% responden menganggapnya sebagai risiko utama. Analisis Allianz menunjukkan bahwa gangguan ini bukanlah hal yang jarang terjadi, dengan gangguan rantai pasokan global yang terjadi setiap 1,4 tahun, menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 5% hingga 10% dari biaya produk.
Risiko Siber Terus Meningkat Seiring Perkembangan Teknologi
Insiden siber, termasuk pelanggaran data dan serangan ransomware, menduduki posisi kedua di Asia. Hal ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin meningkat, terutama di negara-negara seperti India, Jepang, dan Singapura. Kawasan Asia Pasifik mencatatkan peningkatan 23% dalam serangan siber per organisasi pada kuartal kedua 2024 dibandingkan periode yang sama di 2023. Beberapa insiden siber di kawasan ini antara lain serangan terhadap bursa kripto terbesar di India, WazirX, serangan DDoS terhadap Japan Airlines, dan serangan siber terhadap firma hukum Singapura, Shook Lin & Bok.
Secara global, insiden siber tetap menjadi risiko utama dengan 38% responden memilihnya sebagai ancaman terbesar, untuk empat tahun berturut-turut. Pelanggaran data menjadi kekhawatiran utama, dengan lebih dari 60% responden mengidentifikasinya sebagai ancaman yang paling ditakuti, diikuti dengan serangan terhadap infrastruktur kritis dan aset fisik dengan 57%.
Bencana Alam Tetap Menjadi Kekhawatiran Utama
Bencana alam tetap berada di posisi ketiga di Asia. Kawasan ini mengalami peningkatan suhu yang lebih cepat dibandingkan rata-rata global, dengan meningkatnya jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi akibat banjir, badai, dan gelombang panas yang lebih parah. Jepang, misalnya, menghadapi kerugian besar akibat gempa M7,5 di Semenanjung Noto pada tahun 2024, yang menyebabkan kerugian asuransi sebesar US$3 miliar dan kerugian ekonomi mencapai US$12 miliar. Selain itu, Hong Kong mengalami curah hujan tertinggi dalam 140 tahun pada bulan November 2024 akibat Topan Haikui.
Secara global, bencana alam tetap berada di posisi ketiga dengan 29% responden menganggapnya sebagai risiko utama. Kerugian asuransi global akibat bencana alam telah melampaui US$100 miliar untuk lima tahun berturut-turut. Tahun 2024 diperkirakan menjadi tahun terpanas yang tercatat, dengan berbagai bencana alam yang menghancurkan, seperti badai dan hujan ekstrem di Amerika Utara, banjir di Eropa dan Asia, serta kekeringan di Afrika dan Amerika Selatan.
Seiring perusahaan-perusahaan di Asia terus menghadapi lanskap risiko yang semakin volatile, Allianz Risk Barometer menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam manajemen risiko. Dengan gangguan bisnis, risiko siber, dan bencana alam yang mendominasi daftar kekhawatiran, perusahaan harus berinvestasi dalam strategi mitigasi risiko yang tangguh untuk melindungi operasional mereka dan memastikan ketahanan di tengah ancaman yang terus berkembang.
Tentang Allianz Commercial
Allianz Commercial adalah pusat keahlian dan lini bisnis global dari Allianz Group yang mengasuransikan perusahaan menengah, perusahaan besar, dan risiko spesial. Kami melayani pelanggan di berbagai industri, termasuk merek konsumen global, institusi keuangan, serta industri penerbangan dan pelayaran global. Allianz Commercial juga memberikan perlindungan terhadap risiko unik seperti taman angin lepas pantai, proyek infrastruktur, atau produksi film. Dengan kekuatan finansial dan jaringan global Allianz yang merupakan merek asuransi nomor satu di dunia, kami membantu pelanggan mempersiapkan masa depan dengan menyediakan solusi asuransi dan transfer risiko yang beragam, serta layanan konsultasi risiko yang luar biasa.