BPBD dan Dinkes Meranti Salurkan Masker, Hand Sanitizer Usai Kasus Suspek Monkeypox

MERANTI, SINKAP.info — Menyusul kasus kematian seorang santri yang diduga terpapar virus Monkeypox (Mpox), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti bergerak cepat menyalurkan bantuan berupa masker dan hand sanitizer ke Pondok Pesantren Darul Fikri, Minggu (21/9).

Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Kepala Bidang Bencana dan Logistik BPBD Kepulauan Meranti, Ardath, S.IP, mewakili Kalaksa BPBD M. Kardafi, SE., M.IP. Penyerahan turut disaksikan sejumlah anggota BPBD dan petugas dari Dinas Kesehatan. Selain itu, kegiatan juga dilanjutkan dengan penyemprotan disinfektan di area pondok pesantren.

Adapun bantuan yang disalurkan meliputi 80 kotak masker dan 450 botol hand sanitizer. Langkah ini merupakan respons cepat atas meninggalnya seorang santri yang sebelumnya dirawat di UPT RSUD Meranti sejak 16 September 2025 dan dinyatakan meninggal dunia pada 20 September 2025. Santri tersebut diduga mengidap Monkeypox, dan saat ini statusnya masih menunggu hasil laboratorium.

“Ini bukan sekadar penyaluran bantuan, tetapi bentuk kepedulian pemerintah daerah agar para santri, guru, dan pengurus pondok tetap terlindungi. Pencegahan adalah langkah terpenting untuk memutus rantai penyebaran penyakit,” kata Ardath di sela kegiatan.

Suasana pondok pesantren pada pagi itu berlangsung hati-hati. Para santri terlihat mengenakan masker, sementara petugas melakukan penyemprotan disinfektan ke berbagai sudut ruangan, termasuk asrama, ruang kelas, dan fasilitas umum lainnya.

Imbauan dan Penjelasan Dinkes

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti, Ade Suhartian, mengimbau masyarakat agar tetap tenang namun waspada. Ia menekankan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta segera memeriksakan diri jika mengalami gejala yang mengarah ke Monkeypox.

“Penyakit ini bisa dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hindari kontak langsung dengan orang sakit atau benda yang terkontaminasi. Jangan panik, tetapi tetap waspada,” ujarnya.

Ia menjelaskan, saat ini terdapat dua kasus suspek Monkeypox di Meranti. Satu pasien telah meninggal dunia, sementara satu pasien lainnya tengah menjalani isolasi mandiri setelah sebelumnya dirawat di RSUD. Kedua sampel pasien sedang dalam proses pemeriksaan laboratorium.

“Gejala Monkeypox antara lain demam, nyeri otot, sakit kepala, ruam kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penularan bisa terjadi melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi, cairan tubuh, droplet pernapasan, atau benda yang telah terkontaminasi,” jelas Ade.

Dinkes juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari kontak kulit-ke-kulit, menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta membersihkan permukaan benda yang sering disentuh. Bila mengalami gejala mirip Monkeypox, masyarakat diminta segera melakukan isolasi mandiri dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Upaya Pencegahan Terus Dilakukan

Kegiatan ini merupakan bagian dari langkah preventif pemerintah daerah untuk mencegah penyebaran penyakit yang telah menjadi perhatian global tersebut. BPBD dan Dinkes berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan, edukasi, serta penanganan cepat terhadap kasus-kasus yang dicurigai.

“Kami pastikan bahwa semua tindakan dilakukan sesuai protokol. Masyarakat tidak perlu panik, tapi kami minta semua pihak lebih peduli terhadap kesehatan dan lingkungan,” tutup Ade Suhartian.