Pemkab Meranti dan Pakar Lingkungan Dorong Gerakan Trash Free Day Setiap Sabtu

MERANTI, SINKAP.info – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Lingkungan Hidup menggelar Rapat Koordinasi bertajuk “Membangun Komitmen Bersama dan Peluncuran Program Pengurangan Sampah” pada Kamis (10/7/2025) di Gedung Afifa, Jalan Banglas, Selatpanjang.

Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Muzamil Baharudin S.M., M.M. Dalam sambutannya, Wabup Muzamil menegaskan bahwa persoalan kebersihan dan pengelolaan sampah merupakan salah satu fokus utama dalam visi-misi kepemimpinannya bersama Bupati H. Asmar.

“Untuk menjadi negeri yang unggul, agamis, dan sejahtera, kata kuncinya adalah bersih. Tidak mungkin daerah bisa unggul jika lingkungannya kotor. Pemerintah bersih, lingkungan juga harus bersih,” tegas Muzamil.

Pakar Lingkungan Usulkan “Trash Free Day” Tiap Sabtu Pagi

Dalam sesi seminar, Dr. Elviriadi, pakar lingkungan dari UIN Suska Riau, mengusulkan agar Pemkab Meranti menetapkan Trash Free Day atau Hari Bebas Sampah setiap hari Sabtu pagi.

“Perlu ada gerakan budaya. Kita buat Trash Free Day. Jalan santai sambil kampanye bebas sampah, hidup bersih, dan penuh disiplin. Sayangi kota Selatpanjang,” ucapnya antusias, Jumat (11/7/2025).

Elviriadi menyampaikan bahwa masyarakat Melayu dikenal menyukai kegiatan yang atraktif dan bersifat visual. Maka dari itu, gerakan ini dinilai efektif untuk menggugah kesadaran publik terhadap kebersihan lingkungan.

“Kalau mulai dari pejabat seperti bupati, wakil bupati, kadis, camat, RT/RW hingga lurah turun ke jalan memungut sampah, tentu masyarakat akan ikut. Ini bentuk pendekatan langsung ke rakyat yang akan membangkitkan semangat bersama,” ujarnya.

Gerakan Budaya Sehat dan Disiplin

Lebih dari sekadar kampanye kebersihan, Elviriadi menilai Trash Free Day bisa menjadi gerakan budaya sehat lahir dan batin. Ia juga mendorong kegiatan ini dilakukan setelah salat Subuh agar membentuk kebiasaan hidup disiplin.

“Badan sehat, hubungan antara pejabat dan masyarakat makin dekat. Kalau dulu malas bangun pagi, sekarang jadi semangat. Dalam enam bulan saya yakin wajah Kota Sagu akan berubah. Ini bukan hanya soal sampah, tapi pembentukan budaya,” pungkasnya.

Peneliti yang juga dikenal karena aksi ekstremnya mencukur rambut sebagai bentuk protes atas kerusakan hutan ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung gerakan tersebut.