LANKAO, SINKAP.info – Kabupaten Lankao di Provinsi Henan menjadi sorotan dalam kunjungan lapangan Shanghai Cooperation Organization (SCO) Media and Think Tank Summit yang berlangsung pada 23–27 Juli 2025 di Zhengzhou, Tiongkok. Pada 26 Juli, para peserta yang terdiri dari perwakilan media, pemikir strategis, pejabat pemerintah, dan duta besar dari negara anggota SCO mengunjungi Lankao untuk melihat langsung keberhasilan transformasi lingkungan dan pembangunan industrinya.
Dulu dikenal sebagai wilayah yang dilanda tiga bencana alam badai pasir, tanah salin-alkali, dan genangan air. Lankao kini telah berubah menjadi kawasan hijau yang berkembang berkat program penghijauan, pengelolaan lingkungan, dan revitalisasi ekonomi berbasis industri lokal.
Dari Bencana Alam ke Ekowisata dan Pertumbuhan Ekonomi
Kunjungan dimulai di Jiaotong Square, tempat simbolis pohon Jiaotong berdiri sebagai lambang perjuangan melawan degradasi lingkungan. Para tamu juga mengunjungi Taman Memorial Jiao Yulu untuk mengenang peran penting mantan sekretaris Partai Komunis Lankao pada tahun 1960-an, yang memimpin rakyat melawan bencana melalui metode konservasi lahan dan penanaman pohon.
Kini, hasil perjuangan tersebut terlihat dalam koridor ekologi sepanjang 1.500 km dan hutan paulownia seluas lebih dari 200.000 mu yang tidak hanya menahan erosi, tetapi juga menjadi daya tarik wisata dan sumber ekonomi baru. Bekas lahan kritis kini menawarkan aktivitas seperti pengamatan burung di lahan basah, wisata sejarah di Memorial Hall Pengendalian Sungai Kuning, serta kunjungan ke Huanghewan (Teluk Sungai Kuning).
Paulownia: Pohon Penyelamat dan Motor Industri Lokal
Pohon paulownia yang dahulu ditanam untuk menahan badai pasir kini menjadi bahan baku utama alat musik tradisional Tiongkok seperti guzheng dan guqin. Di Desa Xuchang, Kecamatan Guyang, industri ini memproduksi lebih dari 100.000 unit setiap tahun dengan nilai output mencapai 150 juta yuan. Produk ini tidak hanya laris di pasar domestik, tetapi juga diekspor ke lebih dari 10 negara, termasuk Jepang dan Amerika Serikat.
Selain itu, perusahaan besar seperti Sofia dan TATA Wood Door juga berinvestasi di taman industri perabot rumah tangga Lankao, menciptakan pendapatan industri senilai lebih dari 50 miliar yuan.
Pertanian Cerdas dan Energi Bersih Perkuat Ketahanan Wilayah
Reklamasi lahan salin-alkali telah memungkinkan penanaman produk unggulan seperti ubi manis tahan garam, melon madu, dan kacang tanah yang kini dijuluki “Tiga Harta Baru Lankao”. Lankao juga memanfaatkan teknologi 5G dan pertanian pintar, memungkinkan panen yang lebih terprediksi dan produktif.
Sementara itu, ladang panel surya dan turbin angin modern menjadi penopang energi terbarukan daerah tersebut, yang tidak hanya mencukupi kebutuhan lokal tetapi juga mengalir ke wilayah lain. Pembangunan lahan pertanian standar tinggi juga menjadikan Lankao sebagai contoh transformasi dari “mengandalkan cuaca” ke “mengandalkan teknologi”.
Inspirasi Global dari Jawaban yang Ditawarkan Lankao
Transformasi Lankao menarik perhatian dunia. Ahmed Hassan Ahmed Mohamed Moustafa, Direktur Asia Center for Studies and Translation dari Mesir, menyatakan kekagumannya terhadap keberhasilan Tiongkok dalam pengentasan kemiskinan. Ia mengungkapkan bahwa langkah-langkah seperti penghijauan dan pembangunan berkelanjutan yang diterapkan di Lankao dapat menjadi pelajaran penting bagi negaranya.
“Pembangunan luar biasa di Lankao, terutama dalam penghijauan dan pengentasan kemiskinan, adalah alasan utama saya berkunjung. Ini pelajaran berharga yang bisa kami terapkan di Mesir,” ujarnya.
Lankao: Dari Gurun Pasir Menuju Harapan
Kisah sukses Lankao menggambarkan bagaimana sebuah wilayah yang dahulu tandus dan terpinggirkan dapat bangkit menjadi pusat pertumbuhan hijau dan inovasi industri. Dari satu pohon yang ditanam untuk menahan pasir, tumbuh industri, pariwisata, pertanian, dan energi bersih membuktikan bahwa ketekunan dan keberanian menghadapi alam dapat menjadi dasar kemakmuran.