Bangga Gultom Legenda PSMS Medan, Tutup Usia

Medan, Opini, SUMATERA UTARA1918 Dilihat

Oleh : Indra Efendi Rangkuti Pengamat Sepak Bola Sumut

MEDAN, SINKAP.info – Dunia sepak bola Sumatera Utara berduka. Salah satu legenda besar PSMS Medan, Redly Sunardi Bangga Gultom, menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu, (22/9).

Mantan pemain yang dikenal dengan ketangguhannya di lapangan hijau ini meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Murni Teguh akibat penyakit yang dideritanya. Kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi keluarga besar PSMS Medan dan para pecinta sepak bola di tanah air.

Lahir di Pematangsiantar pada 15 September 1958, Bangga Gultom memulai karir sepak bola sejak usia muda. Tumbuh di Medan, ia mengenal sepak bola di Jalan Gaharu bersama klub Gaharu Putra, yang menjadi tempat awal dirinya mengasah keterampilan bermain. Dari sini, ia melanjutkan karirnya ke klub Tornado yang merupakan bagian dari PSMS Medan.

Penampilannya yang cemerlang tidak hanya menarik perhatian klub-klub lokal, tetapi juga membawa dirinya masuk ke PSMS Sinabung pada 1977-1978. Di klub ini, ia bermain bersama beberapa pemain besar lainnya seperti Badiaraja Manurung, Amansyah Harahap, dan Hadi Sakiman. Permainannya yang solid di PSMS Sinabung menarik minat klub Indonesia Muda yang dibina oleh Pertamina. Pada 1978, Bangga Gultom resmi bergabung dengan klub tersebut dan bekerja di Pertamina.

Selama kariernya, Bangga Gultom dikenal sebagai sosok pemain tangguh yang tidak takut menghadapi tantangan di lapangan. Dikenal karena wajahnya yang keras dengan jambang yang tebal, ia selalu siap menghalau serangan lawan sebagai bek andalan PSMS. “Berkelahi kalau terpaksa, demi membela diri, apa boleh buat,” ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan media, mencerminkan sifatnya yang tidak gentar menghadapi permainan keras.

Meski dikenal sebagai pemain yang keras, Bangga memiliki kedisiplinan yang luar biasa. Selama karirnya, wasit tidak pernah memberikan kartu merah kepadanya dalam pertandingan nasional, sebuah pencapaian langka bagi seorang pemain bertahan yang sering terlibat dalam duel fisik di lapangan.

Prestasi besar Bangga Gultom bersama PSMS Medan meliputi kesuksesannya dalam membawa tim ini meraih Juara Fatahillah Cup 1982, serta Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI pada tahun 1983 dan 1985. Setelah memutuskan pensiun dari PSMS, Bangga Gultom fokus melanjutkan karirnya di Pertamina hingga akhirnya pensiun pada awal 2000-an.

Banyak pelatih besar yang pernah menangani Bangga Gultom sepanjang kariernya, mulai dari Albert Pasla, Herman Tamaela, hingga Edy Simon. Mereka mengakui kualitas permainan Bangga yang konsisten dan perannya sebagai bek tangguh di lini pertahanan PSMS.

Di luar lapangan, Bangga Gultom dikenal sebagai sosok yang ramah dan rendah hati. Penulis, Indra Efendi Rangkuti, mengenang beberapa pertemuannya dengan Bangga yang selalu menyambut hangat dan ramah. Meski sudah pensiun, kehadirannya masih sangat dihargai di kalangan para pecinta sepak bola dan mantan rekan-rekannya di PSMS.

Kini, Bangga Gultom telah pergi. Kepergiannya meninggalkan kenangan manis tentang kegemilangannya di lapangan hijau, dedikasinya terhadap PSMS Medan, dan kontribusinya terhadap sepak bola Indonesia. Selamat jalan Bang RS Bangga Gultom, legenda yang akan selalu hidup di hati para pendukung PSMS Medan dan pencinta sepak bola tanah air. Prestasi dan kejayaanmu akan terus diingat sepanjang masa.

SINKAP.info |Laporan : Faisal