Penemuan Mayat Wanita di Irigasi Simalungun, Polsek Bangun Bantu Evakuasi

Simalungun1365 Dilihat

SIMALUNGUN, SINKAP.info – Kabupaten Simalungun dikejutkan oleh penemuan sesosok mayat wanita di Tali Air Irigasi pada Sabtu pagi, 10/08.

Peristiwa yang terjadi di perbatasan Huta II Nagori Bandar Siantar dan Huta IV Nagori Dolok Malela ini menarik perhatian warga setempat dan memicu respon cepat dari Kepolisian Sektor (Polsek) Bangun, Polres Simalungun, yang langsung mengevakuasi jenazah tersebut.

Mayat tersebut kemudian diidentifikasi sebagai Mega Pertiwi, seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun. Penemuan ini berawal ketika Sumardi alias Bolo (35), seorang petani yang tinggal di Huta II Nagori Bandar Siantar, melintas di sekitar lokasi pada pukul 09.00 WIB. Sumardi mencium bau tidak sedap yang menyengat, dan rasa penasarannya membawanya menuju sumber bau tersebut. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan mayat Mega dalam kondisi tanpa busana dan mulai membusuk, terjepit di antara dedaunan dan sampah yang menggenang di irigasi.

Sumardi segera mencari bantuan dari warga sekitar, termasuk Jupri (63), yang dengan cepat menyebarkan berita ini kepada warga lainnya. Tak lama kemudian, warga berbondong-bondong menuju lokasi kejadian untuk melihat langsung penemuan yang menghebohkan ini. Di tempat kejadian perkara (TKP), sebagai bentuk penghormatan, warga menutupi mayat dengan daun pisang sembari menunggu aparat kepolisian tiba.

Kapolsek Bangun, AKP Esron Siahaan, segera mengerahkan timnya setelah menerima laporan dari Pangulu Bandar Siantar, Toib. Bersama dengan Kanit Reskrim Polsek Bangun, IPDA Surya Moris, SH, dan beberapa anggota polisi lainnya, mereka tiba di lokasi dan segera memasang garis polisi untuk mengamankan area. Petugas medis dari Puskesmas Bandar Siantar, Herlina dan Ledina, juga hadir di TKP untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap jenazah.

Hasil pemeriksaan medis tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh Mega Pertiwi, yang memperkuat dugaan bahwa kematiannya bukan akibat tindak pidana. Dugaan ini semakin kuat setelah polisi melakukan interogasi terhadap keluarga korban. Dari hasil interogasi, terungkap bahwa Mega Pertiwi telah menderita penyakit epilepsi selama dua tahun terakhir, yang kemungkinan besar menjadi penyebab utama kematiannya.

Menurut keterangan kedua orang tua Mega, Satiran dan Sumiati, pada hari sebelumnya, Jumat, 9 Agustus 2024, Mega masih sempat mengantarkan anaknya ke sekolah sebelum hilang. Saat terakhir kali terlihat oleh ayahnya pada pukul 14.30 WIB, Mega sedang berada di rumah mereka di Huta IV Nagori Dolok Malela. Namun, ketika Mega tidak kembali hingga malam hari, keluarganya mulai khawatir. Mereka tidak langsung melapor ke pihak berwajib, karena mengira Mega pergi ke rumah bibinya di Tebing Tinggi untuk mencari pekerjaan.

Kekhawatiran tersebut berubah menjadi kesedihan mendalam ketika keluarga akhirnya mengetahui bahwa mayat yang ditemukan di Tali Air Irigasi tersebut adalah Mega Pertiwi. Identitas Mega dipastikan oleh ayahnya, Satiran, yang mengenali wajah putrinya di TKP. Duka mendalam menyelimuti keluarga saat mereka menerima kenyataan bahwa kematian Mega kemungkinan besar disebabkan oleh serangan epilepsi yang memicu tenggelamnya Mega di irigasi.

Keluarga korban memutuskan untuk tidak melakukan visum et repertum dan menganggap kejadian ini sebagai musibah. Jenazah Mega Pertiwi kemudian dibawa pulang ke rumah duka di Huta IV Nagori Dolok Malela untuk disemayamkan dengan penuh haru.

SINKAP.info mengonfirmasi Kapolsek Bangun, AKP Esron Siahaan mengatakan “bahwa kasus ini ditutup sebagai kasus non-pidana, tidak adanya indikasi kekerasan yang terlibat. Proses evakuasi dan penanganan di lokasi kejadian berlangsung dengan lancar berkat kesigapan aparat kepolisian dan kerja sama masyarakat setempat ” pungkas Kapolsek.

SINKAP.info | Laporan: Faisal