SOSIALITA, Sinkap.info – Perkembangan penyebaran informasi yang serba instan saat ini hanya dengan sekali klik kita mendapatkan berbagai informasi yang kita butuhkan. Keterbukaan informasi harus menutup diri kita untuk perlu memahami dan menganalisa dari setiap pemberitaan yang kita dapatkan. Pengguna media sosial perlu membatasi dan membedakan mana berita yang akurat sesuai fakta dan mana berita yang kita kenal dengan bahasa “HOAX”.
Penyaji berita hoax, pembaca dan pengguna yang klik share ke media sosial menjadi dosa bersama seperti air yang mengalir selagi berita tersebut dinikmati pembaca dan mengakibatkan konflik sosial, perselisihan, dan perpecahan.
Sajian tak bernalar dan tak bernurani adalah kehampaan ruang. Melahirkan racun dan membuat para penghuni sesak nafas atau terhalusinasi dengan emosi. Implikasinya konflik sosial akan berkembang, saling curiga berdasarkan asumsi menurut selera pembenaran masing-masing. Kekacauan sosial akan terjadi, bahkan akan tumbuh konflik individu atau kelompok.
Menurut data Indonesia indikator dilansir media detik.com menyebutkan sepanjang tahun 2016 ada 7311 berita hoax yang diekspos ke media sosial. Artinya rata-rata sebulan ada 609 dan 20 hoax perhari. Kementerian komunikasi mencatat ada sekitar 800 situs yang diduga menjadi produsen hoax, berita palsu, dan ujaran kebencian.
Saatnya penikmat media sosial harus cerdas dalam memilih dan mempublikasikan informasi. Kemajuan teknologi yang dinikmati pengguna media sosial harus melahirkan spirit baru. Ada banyak postingan dan cuitan tiap detik. Masyarakat harus selektif dalam memilih informasi, jangan sembarang share berita hoax yang tidak memiliki nalar akademis dan pijakan kebeningan hati sehingga melahirkan cerita dan emosi yang berdimensi kebohongan.
Dampak dari kebohongan informasi yang dipublikasi seperti dalam cerita pewayangan, Arjuna kesatria tampan dari Pandawa, tega membunuh Semar Pawong setianya karena berita hoax yang disebarkan oleh Resi Dorna yang berada di pihak Kurawa.
Mengambil bahasa Ridho Slank “ Hoak itu virus yang paling jelek, karena kebohongan dikerjakan bersama-sama, menjadi besar dan dijadikan pembenaran. Berita bohong sering disebar oleh orang atau kelompok yang berhalusinasi karena latar penderitaan atau obsesi kejayaan. Obsesi tanpa nalar hanya akan mewujudkan keegoan mimpi yang tak bertepi.(admin)
Komentar