Nurhayati Ali Assegaf Fokus Cetak Pemimpin Perempuan Global, Tinggalkan Politik Nasional

NASIONAL, Sosial74 Dilihat

JAKARTA, SINKAP.info — Mantan anggota DPR RI tiga periode, Dr. Nurhayati Ali Assegaf, memilih menjauh dari hiruk pikuk politik nasional dan kini aktif mendedikasikan diri pada pemberdayaan perempuan di tingkat global. Saat ini, ia menjabat sebagai Presiden Nuraa Women’s Institute, sebuah lembaga yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan kepemimpinan perempuan.

Dalam wawancara eksklusif pada Rabu (24/9), Nurhayati mengaku tidak memiliki rencana untuk kembali terjun ke politik. Ia lebih memilih mengabdikan diri untuk mencetak pemimpin perempuan yang berkualitas dan berwawasan global.

“Passion saya saat ini adalah melahirkan pemimpin-pemimpin perempuan yang membawa nilai-nilai Nuraa Women’s Institute. Kepuasan saya bukan lagi bicara tentang diri sendiri, tapi saat bisa membantu orang lain jadi pemimpin,” ujar Nurhayati.

Mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI periode 2009–2014 itu menyebut pentingnya kehadiran perempuan dalam politik untuk meredam tensi dan menciptakan iklim yang lebih sejuk. Menurutnya, perempuan dan laki-laki harus saling melengkapi, bukan bersaing.

“Saat ini struktur kepemimpinan seperti piramida, banyak perempuan di bawah, sedikit yang di atas. Ini yang sedang kami ubah. Perempuan harus cerdas mengelola waktu dan prioritas,” jelasnya.

Melalui Nuraa Women’s Institute, Nurhayati menyatakan telah banyak mencetak alumni yang kini aktif sebagai pemimpin di berbagai bidang. Ia menekankan pentingnya mentoring jangka panjang dalam proses pengembangan kapasitas perempuan.

“Kami terus menjaga hubungan dengan alumni melalui pendampingan berkelanjutan. Ini yang membedakan program kami,” katanya.

Namun, Nurhayati mengungkapkan keprihatinannya karena program leadership berbahasa Indonesia justru minim peminat, sementara program berbahasa Inggris justru dipenuhi peserta dari berbagai negara.

“Mungkin karena banyak experts di institusi kami berasal dari luar negeri, jadi program internasional lebih diminati,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Nurhayati juga mengenang sosok Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai figur teladan.

“Ibu Ani tetap menempatkan diri sebagai ibu rumah tangga meski suaminya presiden. Bahkan hal-hal kecil seperti kopi dan pakaian Pak SBY diurus langsung oleh beliau,” kenangnya.

Ia juga menilai SBY sebagai pemimpin yang bijak dan berhati-hati dalam mengambil keputusan, dengan pertimbangan nilai dan perspektif yang luas.

Kepada perempuan yang ingin terjun ke dunia politik, Nurhayati berpesan agar tidak terburu-buru menerima tawaran.

“Lihat platform dan rekam jejak partainya. Perempuan harus mempersiapkan diri dengan matang, karena peningkatan kapasitas pribadi sangat penting sebagai bekal,” pungkasnya.