Kesepakatan Rupiah-Yuan USD 160 M Perkuat Ekonomi dan Keuangan ASEAN

GLOBAL450 Dilihat

JAKARTA, SINKAP.info – Indonesia dan Tiongkok menandatangani kesepakatan kerja sama senilai USD 160 miliar untuk memperkuat transaksi mata uang lokal rupiah dan yuan, sebagai langkah strategis menjaga stabilitas ekonomi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika Serikat (USD). Kesepakatan ini diumumkan bertepatan dengan kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang ke Jakarta menjelang KTT ASEAN-GCC-Tiongkok.

Dalam skema Local Currency Settlement (LCS) yang diperbarui, Bank Indonesia (BI) dan People’s Bank of China (PBOC) sepakat membuka jalur transaksi rekening modal menggunakan rupiah-yuan secara langsung. Langkah ini diyakini membawa keuntungan bagi perdagangan bilateral Indonesia dan Tiongkok yang pada 2024 mencapai USD147,80 miliar, meningkat 6,1% dibanding tahun sebelumnya.

“Kesepakatan ini bukan sekadar mengurangi biaya konversi mata uang, tapi mendefinisikan ulang tata kelola keuangan Indonesia di era global yang dinamis,” ujar David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd, yang memandang kerja sama ini sebagai pondasi penting memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Manfaat utama dari perjanjian ini meliputi:

  • Perlindungan perdagangan bilateral dari volatilitas kurs USD, khususnya untuk ekspor utama seperti minyak sawit dan nikel.

  • Fleksibilitas kebijakan moneter BI melalui cadangan yuan sebesar 5,3 persen, memungkinkan pelonggaran suku bunga tanpa mengguncang rupiah.

  • Akses pendanaan Bank Pembangunan Baru (NDB) BRICS senilai USD20 miliar untuk mendukung proyek infrastruktur nasional, mengurangi ketergantungan pada dolar.

Selain sektor keuangan, kesepakatan ini turut mendorong sektor perdagangan dan pariwisata dengan kemudahan visa bagi wisatawan Tiongkok yang ditargetkan mencapai dua juta orang pada 2025. Investasi USD5 miliar untuk pengembangan kawasan industri kembar Fujian-KEK Batang diprediksi menciptakan lebih dari 100.000 lapangan kerja.

Di tingkat regional, Indonesia menjadi motor penggerak integrasi ekonomi ASEAN, dengan perdagangan Tiongkok-ASEAN mencapai USD330 miliar pada periode Januari-April 2025, naik 9,2 persen secara tahunan. Pembaruan perjanjian CAFTA 3.0 dan kerjasama di KTT ASEAN-GCC-Tiongkok semakin memperkuat kemitraan yang beragam.

Barrett menambahkan, “Indonesia sedang menyusun cetak biru diversifikasi moneter yang memperkuat posisi ekonomi menengah untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang dominan, sekaligus menjaga kohesi regional dan standar global.”

EBC Financial Group, perusahaan pialang global berbasis di London, mengapresiasi langkah ini sebagai bagian dari transformasi finansial yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara. Perusahaan tersebut juga aktif mendukung berbagai inisiatif sosial dan edukasi ekonomi di tingkat internasional.