JAKARTA, SINKAP.info – Gelombang demonstrasi nasional yang berlangsung sejak akhir Agustus mencapai puncaknya hari ini, namun berujung tragis. Sedikitnya delapan orang tewas, termasuk seorang pengemudi ojek online, dalam bentrokan antara massa dan aparat di sejumlah kota besar.
Aksi yang awalnya direncanakan berlangsung damai di Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Padang, Palembang, dan Samarinda itu menuntut pembatalan kenaikan tunjangan anggota DPR, pengesahan RUU Perampasan Aset, serta pembenahan lembaga hukum dan legislatif.
Namun, situasi memanas sejak Sabtu malam ketika aparat meningkatkan penjagaan dan menutup sejumlah akses jalan utama menuju kompleks parlemen. Pagi ini, ribuan demonstran tetap memadati area di sekitar Gedung DPR/MPR meski aparat mengimbau pembubaran.
Tragedi Affan Kurniawan: Korban Salah Sasaran
Salah satu korban yang kini menjadi simbol perlawanan adalah Affan Kurniawan (27), seorang pengemudi ojek online yang tewas terlindas kendaraan taktis milik kepolisian di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Menurut saksi mata, Affan sedang melintasi kawasan tersebut untuk mengantarkan penumpang saat aparat membubarkan massa secara paksa.
“Dia bukan demonstran. Dia cuma kerja,” ujar Sulastri (45), warga setempat yang melihat langsung kejadian itu.
Affan meninggalkan seorang istri dan anak berusia dua tahun. Keluarga korban hingga kini belum mendapatkan keterangan resmi dari pihak berwenang, namun LBH Jakarta menyatakan akan mendampingi kasus ini hingga ke pengadilan.
Korban Jiwa Meluas di Daerah
Selain Affan, korban jiwa lainnya berasal dari aksi di Makassar (2 orang), Padang (2 orang), dan Jakarta (3 orang). Sebagian besar meninggal akibat benturan keras, sesak napas karena gas air mata, atau luka tembak karet di bagian vital.
Pihak Kepolisian RI membenarkan adanya korban, namun menyatakan tindakan aparat dilakukan “sesuai protokol keamanan kerusuhan sipil.” Kapolri Jenderal Listyo Sigit menambahkan bahwa investigasi internal akan dilakukan terhadap insiden di Jakarta.
Aksi Ditunda, Tuntutan Tetap Menggema
Menyusul kekerasan yang terjadi, sejumlah kelompok mahasiswa seperti Aliansi Mahasiswa Indonesia Bersatu (AMIB) dan Presidium Perempuan Progresif menyatakan menunda aksi lanjutan di Jakarta sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban.
“Kami tidak ingin darah rakyat terus tumpah. Tapi ini belum selesai. Pemerintah harus segera merespons secara konkret,” ujar koordinator aksi, Andika Siregar, dalam konferensi pers siang ini.
Reaksi Pemerintah: Potong Tunjangan DPR, Tindak Perusuh
Presiden Prabowo Subianto dalam pernyataan resmi sore ini menyampaikan duka cita mendalam atas jatuhnya korban. Ia juga mengumumkan akan memotong sejumlah tunjangan DPR sebagai bentuk respons terhadap tuntutan publik.
Namun, ia juga memperingatkan akan mengambil tindakan hukum tegas terhadap perusuh yang memanfaatkan aksi untuk menyerang kantor pemerintahan dan merusak fasilitas publik.
Pasar Anjlok, Ketegangan Meningkat
Dampak demonstrasi juga mengguncang sektor ekonomi. IHSG dibuka anjlok lebih dari 3%, sedangkan nilai tukar rupiah sempat melemah terhadap dolar AS. Meski Menko Perekonomian menegaskan fundamental ekonomi masih kuat, pasar dinilai sensitif terhadap ketidakpastian sosial-politik yang sedang berlangsung.