Gelombang Flu Hantam Asia Tenggara, Risiko Terbesar Mengintai Lansia

GLOBAL57 Dilihat

VIETNAM, SINKAP.info — Kasus influenza meningkat tajam di berbagai negara Asia seiring intensitas musim hujan yang mempercepat penularan virus. Thailand mencatat lebih dari 30.000 kasus baru hanya dalam satu minggu, sementara Jepang menetapkan status epidemi flu nasional pada 3 Oktober setelah melaporkan lebih dari 6.000 pasien dalam sepekan.

Filipina juga melampaui ambang epidemi dengan meningkatnya angka rawat inap sebesar 10 persen di rumah sakit swasta. Pemerintah kemudian menangguhkan kegiatan belajar tatap muka di seluruh sekolah negeri di Metro Manila pada 13–14 Oktober. Lonjakan kasus serupa terlihat di Taiwan dan Singapura, menggambarkan gelombang flu yang meluas di kawasan.

Lansia Paling Rentan, Cakupan Vaksinasi Masih Rendah

Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa kelompok lansia merupakan populasi paling rentan mengalami komplikasi flu berat seperti pneumonia, serangan jantung, hingga kematian. Kekhawatiran ini meningkat karena populasi lansia di Asia Tenggara terus bertambah. WHO memproyeksikan proporsi penduduk berusia di atas 60 tahun di kawasan ini akan meningkat hampir dua kali lipat, dari 12,2% pada 2024 menjadi 22,9% pada 2050.

MENARIK DIBACA:  Para Akademisi UM Lakukan Penemuan Ilmiah dengan Dampak Global

Meski kebutuhan perlindungan meningkat, cakupan vaksinasi influenza bagi lansia tetap rendah. Jutaan orang di kawasan masuk musim flu dengan risiko tinggi tanpa perlindungan memadai.

Webinar Regional Soroti Pentingnya Vaksin Flu bagi Lansia

Menanggapi kesenjangan perlindungan ini, Sanofi bersama Vietnam National Institute for Control of Vaccines and Biologicals (NICVB) dan Malaysian Society of Infection Control and Infectious Diseases (MyICID) menyelenggarakan webinar regional bertajuk “Shielding Golden Years: The Power of Flu Vaccines for Older Adults.” Acara ini diikuti hampir 700 tenaga kesehatan dari seluruh Asia Tenggara.

Presiden MyICID, Dr. Steven C.L. Lim, menegaskan bahwa lansia lebih rentan terhadap komplikasi flu akibat penurunan respons imun, frailty, serta penyakit penyerta.

“Infeksi flu memperburuk kondisi medis kronis dan meningkatkan risiko rawat inap serta kematian. Vaksinasi influenza harus menjadi bagian dari perawatan standar bagi lansia, terutama yang memiliki penyakit kronis,” ujarnya.

Dari Vietnam, Assoc. Prof. Pham Quang Thai memaparkan bahwa rawat inap akibat influenza pada lansia 154% lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 50–64 tahun, sedangkan angka kematian meningkat hingga 700%. Namun, cakupan vaksinasi lansia di Vietnam hanya mencapai 5,55%, jauh dari target WHO sebesar 75%.

MENARIK DIBACA:  Era AI dan Tantangan Siber Beijing Jadi Pusat Inovasi Keamanan Digital

Wakil Presiden Infectious Disease Association of Thailand (IDAT), Prof. Sasisopin Kiertiburanakul, menambahkan bahwa vaksin flu memberikan perlindungan bermakna terhadap rawat inap dan komplikasi serius.

“Prioritas kita adalah memastikan lansia memilih vaksin yang tepat untuk mencegah dampak influenza yang berat,” katanya.

Ia menyerukan peningkatan kesadaran dan kolaborasi regional untuk memperluas akses vaksin.

Sanofi Dorong Standar Baru dalam Pencegahan Influenza

Dr. Ruby Dizon, Head of Medical untuk Sanofi Vaccines Asia Tenggara dan India, menegaskan komitmen perusahaan dalam menghadirkan solusi pencegahan influenza yang lebih maju.

“Kami memastikan masyarakat memiliki akses terhadap vaksin dengan perlindungan lebih baik terhadap infeksi dan komplikasi berat. Dengan meningkatkan standar pencegahan influenza, kami berupaya memperkuat kesehatan publik.”