Aksi Anarkis Warnai Penertiban PETI di Kuansing, Enam Kendaraan Dirusak Massa

Kuansing173 Dilihat

KUANSING, SINKAP.info Kepolisian Daerah (Polda) Riau mengeluarkan pernyataan tegas menyikapi insiden anarkis yang terjadi saat operasi penertiban Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Cerenti, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Selasa (7/10/2025). Kericuhan ini menyebabkan enam kendaraan dinas rusak dan satu sepeda motor dibakar massa.

Kepala Bidang Humas Polda Riau, Kombes Pol Anom Karibianto, menegaskan bahwa operasi penertiban PETI merupakan langkah penegakan hukum untuk melindungi lingkungan dari aktivitas tambang ilegal yang merusak alam.

“Polda Riau mengecam keras tindakan anarkis dan perusakan fasilitas negara. Itu merupakan tindak pidana dan akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya di Pekanbaru, Selasa malam.

Penertiban Diwarnai Perlawanan

Operasi penertiban dilakukan oleh 149 personel gabungan dari Polri, TNI, Satpol PP, BPBD, dan Ditpolairud Polda Riau. Kegiatan diawali apel pasukan gabungan di Mapolres Kuansing sekitar pukul 08.15 WIB, dipimpin Kapolres Kuansing AKBP Ricky Pratidiningrat dan Bupati Kuansing, Dr H Suhardiman Amby.

Tim dibagi menjadi dua kelompok: tim air yang menggunakan delapan rubber boat untuk menyusuri Sungai Kuantan dan memusnahkan rakit-rakit PETI, serta tim darat yang mengamankan lokasi.

Hingga siang hari, petugas berhasil memusnahkan 43 unit rakit PETI di Desa Pulau Bayur. Namun, sekitar pukul 13.40 WIB, situasi berubah tegang ketika sekelompok warga yang diduga terprovokasi pemilik rakit PETI menyerang petugas dengan lemparan batu.

“Kericuhan menyebabkan enam kendaraan dinas rusak, termasuk mobil Kapolres, kendaraan Kabag Ops Kompol Teguh Wiyono, Satlantas, Satpol PP, bus Polres, dan truk Polairud. Satu unit sepeda motor juga dibakar,” jelas Kombes Anom.

Seorang wartawan media daring yang meliput kejadian tersebut mengalami luka ringan akibat terkena lemparan batu saat berlindung di mobil Kapolres yang diserang massa.

Petugas Tarik Diri, Situasi Kini Kondusif

Untuk menghindari bentrokan lebih besar, petugas gabungan akhirnya mundur ke Mapolsek Cerenti. Mobil dinas Bupati Kuansing yang terparkir di Pasar Cerenti juga berhasil diamankan dari amukan massa.

“Saat kericuhan terjadi, Kapolres dan Bupati masih berada di lokasi pemusnahan rakit di sungai,” terang Anom.

Kapolda Riau Irjen Pol Hery Heryawan yang menerima laporan peristiwa tersebut langsung memerintahkan jajarannya untuk menyelidiki dan menyidik para pelaku perusakan dan kekerasan terhadap wartawan.

“Polda juga sudah menginventarisasi seluruh kerusakan kendaraan dinas sebagai dasar proses hukum dan pemulihan operasional,” ujarnya.

Langkah Lanjutan: Penegakan Hukum dan Edukasi

Polda Riau memastikan penegakan hukum tetap berjalan dan mendukung penuh langkah Polres Kuansing dalam menindak tegas pelanggaran hukum. Selain itu, Polda juga memperkuat patroli di wilayah Cerenti dan menggandeng tokoh adat, agama, dan masyarakat untuk menjaga stabilitas keamanan.

Sebagai solusi jangka panjang, Polda Riau mendorong pembentukan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) agar masyarakat bisa melakukan kegiatan tambang secara legal dan berkelanjutan.

“Penegakan hukum ini bukan untuk menghukum masyarakat, tapi untuk menyelamatkan alam Riau dan menegakkan keadilan ekologis,” tegas Kombes Anom.

“Kami akan terus menjaga tuah dan marwah Bumi Lancang Kuning dengan langkah tegas, terukur, dan humanis,” tambahnya.

Kapolres: Masyarakat Mayoritas Mendukung Penertiban

Sementara itu, Kapolres Kuansing AKBP Ricky Pratidiningrat menyatakan bahwa kondisi di lapangan kini sudah aman dan terkendali. Ia menyebut bahwa mayoritas masyarakat sebenarnya mendukung operasi penertiban PETI.

“Hanya sebagian kecil yang menolak karena diprovokasi pemilik rakit. Kami bersama Pemkab dan aparat gabungan tetap berkomitmen menegakkan hukum dan menjaga lingkungan,” ujar Kapolres.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, dan seluruh personel saat ini tengah melakukan konsolidasi untuk pengamanan lanjutan di wilayah tersebut.