Sawah Terasering Hani, Warisan Dunia yang Memadukan Alam dan Teknologi Leluhur

GLOBAL, Wisata42 Dilihat

BEIJING, SINKAP.info — Tahun 2025 menandai 40 tahun bergabungnya Tiongkok dalam Konvensi Warisan Dunia, sebuah tonggak penting yang mencerminkan komitmen negara tersebut dalam melestarikan kekayaan budaya dan alamnya. Salah satu situs warisan paling menakjubkan adalah Sawah Terasering Hani di Kabupaten Yuanyang, wilayah Honghe Hani dan Prefektur Otonom Yi, Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya.

Terletak di lereng pegunungan dengan kemiringan antara 15 hingga 75 derajat, sawah-sawah ini membentuk pola bertingkat yang memukau dan bisa mencapai hingga 3.000 undakan. Keindahan lanskap ini tak hanya menawarkan panorama, tetapi juga mencerminkan kecerdasan teknologi agrikultur tradisional yang telah bertahan lebih dari seribu tahun.

Menurut Prof. Ma Chongwei dari Universitas Yunnan, leluhur suku Hani bermigrasi dari utara ke wilayah pegunungan selatan Tiongkok lebih dari seribu tahun silam. Menghadapi lingkungan alam yang menantang, mereka berhasil mengolah lebih dari 1 juta mu (sekitar 66.666 hektare) lahan sawah, beberapa di antaranya terletak di ketinggian lebih dari 2.000 meter.

Salah satu pencapaian teknis paling menonjol adalah sistem irigasi tradisional yang rumit namun efektif. Ribuan saluran air dibangun untuk mengalirkan air dari sumber mata air dan sungai kecil, melewati desa-desa dan ladang bertingkat, hingga bermuara di sungai-sungai lembah. Para penjaga saluran air secara rutin memelihara jalur ini agar tetap bersih dan berfungsi dengan baik, memastikan distribusi air berjalan lancar.

Pengaturan air dilakukan menggunakan alat-alat tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, mencerminkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Sistem ini memungkinkan masyarakat Hani hidup berdampingan secara harmonis dengan suku-suku lain seperti Yi dan Dai yang bermukim di daerah lebih rendah.

Bagi masyarakat Hani, terasering ini bukan hanya sarana pertanian, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka. Lanskap ini telah menjadi “tanah spiritual abadi” bagi komunitas tersebut.

Sawah Terasering Hani kini diakui dunia sebagai contoh nyata koeksistensi manusia dan alam. Warisan ini menjadi simbol ketekunan, kecerdikan, dan harmoni ekologis, sekaligus menginspirasi dunia akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan lingkungan.