BANDUNG, SINKAP.info – Mengatasi disleksia dan berbagai gangguan neurologis lainnya, Kenneth Trevi (12), penyanyi muda asal Bandung, berhasil menapaki jalannya sebagai musisi profesional di bawah naungan Senada Digital Records. Kisah perjuangannya menjadi sorotan karena menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya.
Kenneth lahir di Bandung pada 23 Oktober 2012 dari pasangan Hendri Luis dan Yuly. Meski didiagnosis dengan disleksia, gangguan bahasa ekspresif, gangguan perilaku, dan sejumlah tantangan lainnya, semangatnya dalam bermusik tak pernah padam. Ia memulai perjalanan musiknya secara tidak sengaja saat mengikuti audisi vokalis band di sekolah Lentera Bangsa, sekitar usia 9 tahun.
Meskipun tidak memiliki pengalaman menyanyi sebelumnya, keberaniannya mengikuti audisi membuahkan hasil. Ia terpilih sebagai vokalis setelah memukau para juri. Menyadari potensi yang dimiliki, ibunya kemudian mendaftarkannya ke kelas vokal.
Namun di balik kemajuan tersebut, Kenneth menghadapi tantangan dalam menjiwai lagu akibat keterbatasan memahami makna lirik dan ekspresi emosi.
“Kesulitan memahami makna lagu membuat aku jadi susah menjiwai. Akibatnya, penampilan live-ku sering dianggap aneh atau tidak maksimal,” ungkap Kenneth, Rabu (6/8/2025).
Meski sering mengalami kecemasan, kesulitan menerima banyak input suara, dan rasa tidak percaya diri, Kenneth tetap berkomitmen untuk terus berkembang. Ia mengaku menjalani proses dengan penuh kesabaran dan harapan, termasuk melalui bimbingan di komunitas Superkids Bandung, sebelum bergabung dengan label rekaman profesional.
Label Senada Digital Records menjadi titik balik karier Kenneth. Di bawah bimbingan produser Rulli Aryanto, Kenneth mulai merekam dan merilis karya orisinal. Dukungan label ini tak hanya datang dari sisi produksi musik, tetapi juga pendekatan holistik dengan melibatkan dokter, terapis, guru vokal, hingga dukungan penuh dari keluarga.
“Proses dari lagu pertama hingga album saat ini penuh perjuangan. Tapi justru itu yang jadi fondasi kuat Kenneth di industri musik,” ujar Rulli Aryanto.
Ibunda Kenneth, Yuly, mengaku sejak awal menyadari bahwa perjalanan putranya tidak mudah. Kenneth mulai menjalani terapi intensif sejak usia 18 bulan. Ia kemudian memilih fokus mendukung talenta anaknya di bidang musik, setelah menyadari kemampuan luar biasa Kenneth dalam memainkan lagu hanya dengan mendengar.
“Yang sebenarnya butuh dukungan itu aku, bukan Kenneth. Dia selalu bilang: Aku Bisa,” ujar Yuly haru.
Kini Kenneth telah merilis beberapa karya dan tampil sebagai simbol harapan serta keberanian. Ia pun mengajak siapa pun yang memiliki keterbatasan untuk tidak menyerah.
“Tetap semangat, tetap berjuang, tetap berusaha dan berdoa. Akan selalu ada harapan di tengah ketidakmungkinan,” ucap Kenneth dengan penuh keyakinan.
Melalui pendekatan inklusif dan komitmen memberdayakan musisi muda, Senada Digital Records membuka jalan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk berekspresi dan menunjukkan potensi terbaik mereka.
Tautan Karya Kenneth Trevi:
👉 https://www.youtube.com/channel/UCbfzveFof6seZA2KLjl1XMQ