WUHAN, SINKAP.info – Desa Tudianzi, yang terletak di wilayah pegunungan Provinsi Hubei, Tiongkok, menjadi sorotan dunia sebagai desa nol emisi karbon pertama yang berhasil memadukan teknologi ramah lingkungan dengan pelestarian budaya lokal. Dalam dua hari selama Festival Bunga Pir pada April 2025, desa yang berada di Prefektur Otonom Tujia dan Miao Enshi ini berhasil menarik lebih dari 50.000 pengunjung.
Berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, Desa Tudianzi menawarkan pemandangan indah Wu Gorge yang diselimuti kabut, serta hamparan bunga pir di lereng bukit. Wisatawan juga dibuat takjub dengan berbagai inovasi ramah lingkungan seperti pencahayaan jalan tenaga surya, stasiun pengisian daya mobil listrik berdaya tinggi, dan dapur tradisional Tujia yang sepenuhnya menggunakan tenaga listrik.
“Meja ini bisa mengisi daya ponsel saya secara nirkabel!” ujar Tan, seorang wisatawan, saat mendapati bangku makan tenaga surya dapat digunakan untuk mengisi daya perangkat.
Sejak September 2020, Tiongkok mencanangkan target ambisius untuk mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan netralitas karbon pada 2060. Desa Tudianzi kini menjadi percontohan nasional dalam transisi energi pedesaan, dengan seluruh pasokan listrik berasal dari energi terbarukan.
Menurut Chen Wentao dari State Grid Enshi, kapasitas panel surya di desa ini mencapai 1.800 kW, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh desa selama satu hari hanya dengan satu jam produksi penuh.
Sebelumnya, warga desa harus menghadapi pemadaman listrik berkepanjangan akibat jaringan distribusi yang usang.
“Saat hujan badai datang, kami pasti gelap-gelapan,” kenang Hu De’an (75), warga setempat yang dulu hanya mengandalkan kayu bakar untuk penerangan dan pemanas.
Perubahan besar dimulai pada Maret 2023 saat pemerintah pusat meluncurkan inisiatif percepatan transisi energi di daerah pedesaan. Desa Tudianzi dipilih sebagai proyek percontohan oleh State Grid Hubei Electric Power, dengan fokus pada tiga pilar: pasokan energi bersih yang stabil, efisiensi pemanfaatan sumber daya, dan pembangunan industri hijau.
Salah satu pencapaian menonjol adalah pembangkit biogas 30 kW yang dibangun dekat fasilitas peternakan babi hitam milik desa. Limbah ternak dan rumah tangga diolah menjadi listrik dan pupuk dalam sistem sirkular “biomassa – biogas – listrik – pupuk”.
“Selain menghasilkan listrik hijau, residu biogas kami olah menjadi pupuk organik. Dengan sistem penyimpanan gas 80 meter kubik, pasokan listrik tetap berjalan di malam hari atau saat kondisi darurat,” jelas Su Lei, insinyur senior dari State Grid Hubei Electric Power Research Institute.
Feng Cailong, peternak lokal, mengungkapkan manfaat langsung dari proyek ini.
“Dulu biaya pembuangan limbah ternak kami mencapai lebih dari 40.000 yuan per tahun. Sekarang, kami bisa menghemat lebih dari 60.000 yuan setiap tahun dari listrik, disinfeksi, dan pupuk,” katanya.
Dalam dua tahun terakhir, Desa Tudianzi telah membangun sistem energi rendah karbon berbasis tenaga surya dan angin. Pada 2024, konsumsi listrik desa melonjak hingga 537.000 kWh, meningkat 188% dibanding 2022. Sementara itu, produksi energi terbarukan tahunan mencapai 1,44 juta kWh, setara penghematan 472 ton batu bara dan penurunan emisi CO₂ sebesar 1.436 ton per tahun.
“Dengan kapasitas total energi terbarukan desa mencapai 1.871 kW, kami tidak hanya memenuhi seluruh kebutuhan listrik lokal, tetapi juga mengekspor listrik ke jaringan luar,” ujar Yang Lin dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Prefektur Enshi.
Keberhasilan Desa Tudianzi menjadi cerminan nyata dari transformasi energi berkelanjutan di pedesaan Tiongkok, menggabungkan teknologi hijau, pelestarian budaya, dan pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat.