Oleh : Indra Efendi Rangkuti Pengamat Sepakbola Sumatera Utara
Medan, 26/08 – Dunia sepakbola kembali berduka atas wafatnya salah satu pelatih legendaris, Sven Goran Eriksson. Pelatih asal Swedia yang telah menorehkan sejarah gemilang dalam dunia sepakbola ini meninggal dunia pada usia 76 tahun, setelah berjuang melawan kanker pankreas di rumahnya di Björkefors, dekat Sunne, Swedia.
Eriksson, yang lahir pada 5 Februari 1948, adalah salah satu nama besar dalam sejarah sepakbola internasional. Kariernya sebagai pelatih membawa dia ke klub-klub besar seperti Benfica, AS Roma, Sampdoria, Lazio, Manchester City, dan Leicester City. Di bawah arahannya, tim-tim ini berhasil meraih berbagai gelar prestisius, termasuk Juara Liga Portugal bersama Benfica (1983, 1984, 1991), Juara Coppa Italia dengan AS Roma (1986) dan Sampdoria (1994), serta Juara Serie A Italia bersama Lazio (2000). Eriksson juga mengukir sejarah sebagai pelatih asing pertama yang menangani Tim Nasional Inggris pada periode 2001-2006.
Namun, ada satu momen yang mungkin tidak banyak diketahui oleh publik, yaitu ketika Eriksson membawa klub Serie A, Sampdoria, ke Medan pada 4 Juni 1996. Pada hari itu, Stadion Teladan menjadi saksi pertandingan persahabatan antara Sampdoria dan Tim Nasional Indonesia. Pertandingan ini tidak hanya menjadi kenangan indah bagi pecinta sepakbola di Medan, tetapi juga mencatatkan sejarah ketika Timnas Indonesia berhasil mengalahkan klub besar Italia tersebut dengan skor 2-1.
Eriksson membawa serta para bintang Sampdoria kala itu, termasuk Roberto Mancini, Sinisa Mihajlovic, dan Filippo Maniero. Kehadiran mereka disambut antusias oleh masyarakat Medan yang sejak lama menantikan aksi dari klub Eropa di tanah air, terutama setelah terakhir kali Arsenal bertandang ke Medan pada tahun 1983.
Pertandingan yang dipimpin oleh wasit Ngadiman Asri dari Simalungun ini berlangsung ketat di depan 40.000 penonton yang memadati Stadion Teladan. Pada babak pertama, Sampdoria unggul terlebih dahulu lewat sundulan Filippo Maniero pada menit ke-27. Namun, semangat juang Timnas Indonesia tidak pudar. Eri Erianto berhasil menyamakan kedudukan melalui titik putih pada menit ke-48, sebelum akhirnya Peri Sandria, yang menggantikan Widodo Cahyo Putro, mencetak gol kemenangan pada menit ke-65.
Kemenangan ini membawa kebanggaan tersendiri bagi Timnas Indonesia dan publik Medan yang hadir menyaksikan pertandingan. Bahkan, Sven Goran Eriksson dan kapten Sampdoria, Roberto Mancini, secara terbuka memuji penampilan apik Timnas Indonesia, terutama dua bintang mudanya, Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy.
Kesan mendalam dari kunjungannya ke Medan bahkan membawa Eriksson untuk menawarkan kontrak kepada Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy. Meskipun Kurniawan batal dikontrak, Kurnia Sandy berhasil bergabung dengan Sampdoria pada musim 1996/1997 sebagai kiper ketiga. Namun, sayangnya, impiannya untuk tampil di Serie A harus kandas karena masalah administrasi yang belum selesai.
Kenangan akan Sven Goran Eriksson di Stadion Teladan Medan tidak hanya sebatas pertandingan persahabatan tersebut, tetapi juga kontribusinya dalam mengenalkan potensi pemain Indonesia di kancah internasional. Selamat jalan, Sven Goran Eriksson. Warisanmu dalam dunia sepakbola akan selalu dikenang.
SINKAP.info | Rls