Dr. Elviriadi: Sebelum Hengkang, SKK Migas  dan  Chevron Perlu Pertegas Pemulihan Dugaan Limbah B3

RIAU181 Dilihat

PEKANBARU, Sinkap.infoHeboh soal Blok Rokan di Riau seiring habisnya masa kontrak Chevron mulai ramai diperbincangkan publik. Menyikapi itu, Pakar Lingkungan Dr. Elviriadi, M.Si langsung memberikan pandangan ketika dihubungi melalui aplikasi Whatsaps, Ahad (31/1).

“Ya, sudah tinggal 7 bulan lagi, masa kontrak PT.Chevron berakhir. Jadi masyarakat Riau minta kepastian tanggung jawab pemulihan lingkungan,” kata Elv kepada media ini.

Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu meminta ada kejelasan dari negara mengenai dugaan limbah B3.

“Saya mohon Tuan tuan di SKK Migas dan  mister mister di Chevron kasi deadline, bagaimana mekanisme pemulihan dampak lingkungan operasional selama ini,” ketus mantan aktivis mahasiswa itu.

Akademisi yang pernah jadi tim ahli Dinas LHK provinsi dalam pemulihan dampak lingkungan PT. Chevron itu mengaku cemas.

“Ya, saya bersama Pak Dwiyana (Kasubag Pengaduan LHK), pengawas lingkungan, dan rombongan ibu Sonitha (manager corporate communication PT.CPI) sudah turun langsung ke lapangan. Waduh, cukup banyak titik tumpahan dugaan limbah B3, sebagian sudah di delinasi, banyak juga yang belum. Jadi saya cemas dan pesimislah, ini kerjanya panjang dah harus prosedural sesuai Keputusan Menteri, “bebernya.

Tokoh muda Meranti yang kerap jadi saksi ahli itu menyayangkan masyarakat Riau masih pasif.

“Sudahlah pemulihan dampaknya rumit, saya tengok gerakan sosio-politik di Riau tidak kuat. Maka saya khawatir, nanti sampai beralih ke Pertamina, limbah belum klir,”  ungkapnya.

Elviriadi yang juga Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah itu meminta PT.Chevron serius mengikuti petumjuk Kepmen No.101 tahun 2018 tentang Tata Cara Pemulihan Limbah B3.

“Ye, Kepmen itu mengatur tata cara pemulihan dampak limbah, harus dengan teknologi, baik insitu atau exsitu. Dan saya rasa KLHK harus sigap juga mensupervisi, ini dah last minit. Tokoh Riau dan Gubernur Riau juga tak boleh membatu, buatlah gebrakan Wak! Ajap ajap kami, Wak!  Pungkas peneliti gambut yang selalu gundul demi nasin hutan.**

SINKAP.info | Laporan: SI1