Graduasi Mandiri: Tinjauan Pendamping PKH

Sosial784 Dilihat

PEKANBARU, Sinkap.infoKemensos RI menyatakan, berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat angka kemiskinan pada September 2019 mencapai 9,22 %. Angka ini turun 0,19%
(dikutip melaluiTEMPO.CO, Jakarta).

“Penurunan angka kemiskinan tidak lepas dari keberhasilan program bansos, seperti Program Keluarga Harapan (PKH)”.

Dari 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, beberapa sudah graduasi mandiri atau keluar dari Bantuan. Graduasi mandiri adalah penerima manfaat (KPM) PKH secara sadar sudah bisa lepas dari program bansos yang mana salah satunya adalah bantuan PKH yang selama ini diberikan pemerintah. Hal itu karena penerima manfaat dinilai sudah mandiri secara ekonomi serta tidak lagi memenuhi syarat kondisional sebagai KPM PKH.

Saat ini jumlah KPM PKH tergraduasi mandiri masih sangat sedikit, Insya Allah ke depan, jumlah itu akan makin bertambah seiring berkembangnya melalui pendekatan dan sosialisasi yang dilakukan para pendamping sosial PKH. Merujuk informasi dari Rahmadani (Pendamping PKH), kiat-kiat dalam pencapaian graduasi;

1. Melakukan mapping terhadap KPM (mengelompokkan KPM). Sebagai pendamping saya melakukan mapping (mengelompokkan) data.Dalam melaksanakan mapping ada 3 hal yang saya lakukan antara lain;
(a) KPM sudah mampu mandiri (menjadi target graduasi),
(b) KPM menuju kemandirian dan,
(c)KPM yang masih layak menerima manfaat.

2. Melakukan observasi dan wawancara, Saya melakukan pengamatan terhadap fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu tindakan. Misalnya, saya mencari tahu dari lingkungan sekitar keadaan KPM selama ini, baik itu status sosial, etnis, karakter, dan ekonomi (kepemilikan aset KPM).

Selama proses dan hasil pengamatan yang dilakukan itu menjadi catatan kecil yang kemudian dikumpulkan sebagai data. Pengamatan yang dilakukan juga bersamaan dengan teknik wawancara. Teknik wawancara itu ada dua pola yang saya lakukan yaitu; (a)Wawancara tidak langsung, melibatkan orang-orang yang bermukim (tetangga) disekitar KPM, dengan menggunakan 2-4 orang sebagai sampel diambil secara acak (random). (b) Wawancara langsung, ini dilakukan kepada KPM, tujuannya menggali informasi lebih dalam dari KPM.

Sebenarnya sangat mudah, jika kita sudah mengumplkan data-data terlebih dahulu dalam melaksanakan wawancara, semakin KPM melakukan keterbukaan kepada pendamping membuat pendamping lebih mudah melakukan langkah selanjutnya, yaitu; (1)Home visite, pendamping melakukan kunjungan ke tempat tinggal KPM untuk melihat keadaan KPM yang sebenarnya. Home visite saya lakukan bertahap, mulai dari KPM yang menjadi target graduasi ataupun yang bukan. Intinya saya tetap melakukan kunjungan ke rumah-rumah KPM agar lebih kenal dan mengetahui latar belakang mereka. (2) Melakukan dan membangun pendekatan antar sesama KPM (inter personal) mulai dari:

– Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.
– Assesment
Menurut (Worthen dan Sanders, 1973), Assessment merupakan Kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu ; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu keadaan, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

1. konseling dan Psikoterapi (ini dilakukan bisa beberapa kali)
konselling adalah suatu proses untuk memebantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.

2. Psikoterapi adalah membimbing dan melatih KPM untuk belajar mengenali kondisi, perasaan, dan pikiran yang menyebabkan keluhan serta membantu KPM untuk membentuk perilaku yang positif terhadap keadaan yang sedang dihadapi.

Beberapa fakta di lapanga kenapa KPM tetap bertahan pada bantuan dan enggan graduasi antara lain:
1. KPM merasa ini bantuan dari pemerintah dan KPM berhak mendaptkannya meski kehidupan ekonominya sudah membaik
2. Ada persepsi bahwa bantuan sosial yang diberikan kepada KPM tidak boleh dihilangkan
3. KPM bangga degan dirinya sebagai orang yang menerima bantuan
4. KPM termakan omongan oleh beberapa orang sekitar yang menyatakan kenapa harus mundur menjadi KPM dengan alasan masih memiliki komponen
5. Kurangnya informasi KPM terhadap graduasi itu sendri dan apa-apa saja indikator yang menjadikan seseorang sudah layak untuk graduaasi

Berdasarkan pengalaman Rahmadani tersebut, selama ini dalam melakukan pedekatan kepada KPM adalah melihat kultur mereka dan mencari tahu ini penanganannya seperti apa?. Alhamdulillah tidak banyak hambatan dalam melakukan pendekatan ini. Sebagai pendampig saya tidak pernah bosan memberikan edukasi kepada KPM. Pola pendekatan yang saya lakukan ini adalah pendekatan dari hati kehati, baik pendekatan agama maupun psikologis, kedua pendekatan tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena saling berkaitan.

Sebagai pendamping saya senantiasa melakukan sosialisasi tentang graduasi mandiri. Untuk mencapai graduasi yang diharapkan saya sebagai pendamping harus mampu mengubah cara pikir KPM yag selama ini ada yang salah ataupun keliru dalam mengartikan dirinya “masih layak mendapatkan bantuan” padahal sesungguhnya mereka tidak layak lagi disebut KPM. Disinilah peran pendamping di dalam memberikan edukasi kepada KPM melalui pertemuan kelompok ataupun face to face melalui home visite.

Kebutuhan era globalisasi ini adalah individu dengan sumber daya manusia yang sangat memengaruhi, seperti; pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman menjadi elemen penting bagi kemampuan seseorang untuk mampu bersaing. Ketika kemampuan bersaing ini lemah, maka berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan, dan itu yang akan menjadikan seseorang menggantungkan dirinya dengan bantuan.

Oleh sebab itu, saya tertarik menggali apa yang menyebabkan seseorang menggantungkan dirinya pada bantuan. Kembali lagi saya melakukan pendekatan dari aspek agama, dalam pandangan konseling Islam. Lebih lanjut dalam tulisan ini, saya membuat gagasan dan kontruk penggunaan terapi rational emotive behavior berbasis Islam. Terapi rational emotive behavior adalah terapi yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran, artinya saya mencoba memberikan unsur-unsur nilai keislaman dalam proses terapi untuk mengubah mental dan spiritual. Sehingga menyadarkan pemikiran dan perilaku. Dengan harapan, ketika self awareness (berarti keasadaran / kesiapan pada setiap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar dan peristiwa koginitif yang meliputi pikiran, perasaan, fisik, dan memori (pengalaman). Dengan adanya self awarenness KPM akan memahami dirinya secara sadar dan tanpa paksaan untuk mengubah pola pikir dan perilakunya.

Disadari atau tidak, kehidupan di dunia menuntut seseorang untuk berjuang memertahankan hidup. Kerasnya kehidupan dunia menjadi tantangan yang harus dilalui oleh manusia yang ingin mendapatkan kebahagiaan. Kebutuhan manusia semakin hari semakin meningkat, ia memerlukan berbagai usaha untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Apalagi kebutuhan untuk bertahan hidup (kebutuhan primer) seperti; bahan pangan, seseorang harus bekerja untuk mendapatkan kebutuhan tersebut.

Untuk memperoleh kebutuhan primer manusia harus bekerja dan berusaha sendiri. Ketika kebutuhan pokok tidak dapat terpenuhi, akan menjadikan seseorang menjadi miskin dan menggantungkan diri pada bantuan. Faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan yang berujung pada jatuhnya seseorang kepada pilihan bergantung pada bantuan ialah pendidikan yang terlampau rendah, malas bekerja, keterbatasan sumber alam, terbatasnya lapangan kerja, keterbatasan modal, dan beban keluarga. Sikap malas menjadi problem yang berkaitan dengan mental yang tidak sehat. Kondisi tubuh seseorang juga bisa dimanfaatkan, misalnya; cacat tubuh, keadaan ini bisa menjadikan seseorang menjadi iba melihatnya.

KPM harus menyadari keberadaan dirinya, eksistensi dirinya di dunia, siapa yang menciptakannya, menjadi apa dirinya sekarang, tujuan diciptakan dirinya sebagai apa?. Kesadaran ini seyogyanya ada dalam pikiran KPM sehat sebagai representasi keimanan kepada Tuhan. Konsep manusia sehat ini akan menghasilkan pikiran dan perilaku positif. Ditunjang dengan fitrah dan potensi manusia yang telah dibahas di atas, menjadikan manusia sebagai individu unggul di dunia. Namun ketika fitrah iman tersebut tidak berkembang atau belum berkembang, maka akan menjadikan individu manusia goyah dalam meyakini kebenaran Tuhan. Dan kemudian berbuat kelalaian, kedzoliman bahkan pengingkaran terhadap Keberadaan Allah (Eksitensi Allah). Pengingkaran ini bisa disebut sebagai “kafir”, dan “kafir” tidak hanya berada dalam konteks aqidah saja, melainkan juga “kafir nikmat”, “kufur nikmat” mengingkari nikmat-nikmat yang telah diberikanAllah. Kufur nikmat ini terlihat dari potret “profesi” KPM yang sudah layak melepaskan bantuan tapi masih mempertahankna bantuan tersebut dan masih senang menyandang nama KPM.

Seseorang manusia yang telah dibekali potensi dan fitrah oleh Allah sejak lahir, tetapi tidak dimanfaatkan dan tidak difungsikan sebaik mungkin. Nikmat fitrah jasmani yang telah diberikan Allah tidak difungsikan secara baik dengan bekerja, berusaha mencukupi kebutuhan dirinya, beribadah kepada penciptanya dan lain sebagainya. Kemudian nikmat dianugerahkannya akal dan qalbu yang juga tidak digunakan untuk berpikir secara sehat, merasakan anugerah nikmat, berpikir menyadari keberadaan dirinya di dunia dan keberadaannya yang akan datang dan juga tidak sampai berpikir pertanggung jawabannya sebagai khalifah kelak. Manusia yang mensyukuri fitrah inilah mereka termasuk golongan syukur nikmat, dan sebaliknya mereka yang mengingkari, tidak mempercayai fitrah ini termasuk golongan kufur nikmat.

Terapi Rational Emotive Behavior
Terapi Rational Emotive Behavior adalah teori behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Terapi rational emotif berdasarkan pada konsep berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang. Rational emotive behavior merupakan suatu model terapi yang sangat didaktik (pengajaran yang berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan kecakapan baru pada orang lain), berorientasi kognitif-tindakan serta menekankan peran pemikiran dan sistem-sistem kepercayaan sebagai akar masalah pribadi. Terapi ini merupakan terapi yang komperehensif dalam menangani masalah yang berhubungan dengan kognisi, emosi dan perilaku. Basis dari rational emotive behavior adalah berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.

Secara umum pandangan rational emotive memfokuskan diri pada cara fikir manusia, dan hal inilah yang menjadi acuan saya sebagai penamping untuk mengubah tingkah laku KPM. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam rational emotive behavior adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu dengan cara mengubah cara berpikir dan keyakinan yang irasional menuju cara berpikir yang rasional (masuk akal), sehingga individu dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagiaan diri. Selain mengubah pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri, rasional emotif juga bertujuan mengubah pandangan diri terhadap lingkungan.

Konseling Islami Hakikat bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah iman dan atau kembali kepada fitrah iman, dengan cara pemberdayaan (empowering) fitrah-fitrah (jasamani, rohani, nafs, dan iman).

Tujuan yang ingin dicapai melalui bimbingan dan konseling Islam adalah fitrah yang telah dikaruniakan Tuhan dapat berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi yang sehat dan kaffah. Dengan berkembang dan berfungsinya fitrah individu mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan jangka pendek bimbingan konseling Islami adalah terbinanya fitrah iman sehingga membuahkan amal shaleh (perbuatan yang baik) yang dilandasi keyakinan bahwa manusia merupakan ciptaan Allah, meyakini keberadaan hikmah dibalik takdir, fitrah yang dikaruniakan harus disyukuri melalui pengembangan dan pemanfaatan yang positif.

Rational Emotive Behavior Berbasis Islami untuk meningkatkan Self Awarenes (kesadaran diri) KPM. Pandangan Islam dan rational emotive terhadap manusia, keduanya memiliki kesamaan dalam memandang nilai positif. Bimbingan konseling Islam memandang manusia sejak lahir membawa fitrah potensi dasar, kecenderungan berbuat baik. Begitupun dengan rational emotive yang berpandangan manusia lahir dengan kemampuan-kemampuan positif yang memerlukan pengembangan.

Rational emotive menolak pandangan terhadap manusia yang didominasi perilaku merusak jika tidak diberikan bimbingan, dan merubah pandangan menjadi optimistik bahwa semua manusia pada dasarnya adalah baik. Memang manusia memiliki dua sisi sifat bawaan yang berbeda, yakni positif dan negatif. Namun sifat baik yang dimiliki manusia sudah merupakan bawaan dan berperan aktif, sementara sifat negatif manusia bersifat aksidental karena pengaruh lingkungan eksternal.

Rational emotive memandang manusia yang menyimpang lebih diakibatkan adanya pengaruh keyakinan irasional yang melekat pada dirinya. Ketidaksadaran akan perilaku yang disebabkan pikiran tidak rasional terjadi pada KPM yang seharusnya tidak lagi menyandang nama KPM. Self awareness yang dimiliki mereka sangat rendah diakibatkan cara berpikirnya yang salah.

Ketika keyakinan bersifat rasional, maka konsekuensi yang diterima adalah baik, namun sebaliknya jika keyakinan bersifat irasional, maka konsekuensi yang diterima adalah buruk. Kemudian ketika konsekuensi yang diterima bersifat buruk, maka dapat dilakukan yakni disputing (perdebatan), melawan keyakinan yang irasional tersebut. Sehingga pada akhirnya timbul keyakinan baru yang lebih rasional, dan individu dengan keyakinan barunya akan mampu dengan sendirinya menggunakan keterampilan yang ia miliki untuk mengatasi permasalahan kehidupan. Sementara itu, digunakannya bimbingan konseling Islam, lebih pada upaya memasukan unsur-unsur keislaman yang lebih mendominasi.

Penggunaan basis Islam telah disesuaikan dengan formula penggunaan, tausiyah memposisikan pendamping sebagai guru yang selalu berusaha memberikan keterampilan menolong KPM untuk membantu dalam proses melatih keterampilan melawan keyakinan irasional. Penggunaan basis Islami juga dipandang sebagai konsep yang diakui dalam proses terapi rational. Unsur edukasi, nasihat begitu kental dalam terapi rasional emotif behavior sebagai cara memropaganda pikiran irasional KPM. sehingga pikiran KPM akan didominasi oleh materi-materi positif yang ada dalam pikirannya dan diaplikasikan dalam keseharian KPM. Dengan memasukan unsur keislaman dalam teknik rational emotive, KPM akan memiliki ketangguhan psikis, fisik, moral dan intelektual serta spiritualitas yang kuat.

Sehingga pada akhirnya KPM dapat mengambil hikmah bahwa graduasi mandiri akan meningkatkan martabat secara sosial, memiliki pikiran bahwa diluar sana banyak masyarakat yang lebih laik menerima bantuan dibandingkan mereka, tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah,Islam membenci umatnya yang malas dan tidak mau bekerja. Allah mencintai umatnya yang kuat dan membenci umatnya yang lemah. Dengan demikian, agama sempurna yang menjadikan umatnya sebagai manusia yang saleh, pekerja keras, sekaligus selalu peduli terhadap orang lain. Salah satu cara memuliakan diri dan agama ini adalah dengan memandirikan diri dengan bekerja dan selalu memiliki semangat untuk berkontribusi bagi kebaikan orang lain.

SINKAP.info | Laporan: Fs

 

Komentar