HEALTH, Sinkap.info – Banyak orang sembuh dari COVID-19 meskipun sampai saat ini belum ditemukan obatnya, menjadi bukti bahwa sistem imun manusia, bisa melawan virus Corona. Namun yang jadi pertanyaan, bagaimana cara tubuh manusia melawan virus Corona?
Seperti dikutip dari Fox News, virus Corona umumnya hanya menyebabkan gejala ringan dan sedang seperti demam dan batuk, pada sebagian besar orang. Tapi gejala yang lebih berat bisa dialami mereka yang berusia lanjut dan sudah mengalami masalah kesehatan.
Orang dengan gejala ringan bisa sembuh dalam dua minggu, sementara yang gejalanya berat perlu enam minggu atau bisa lebih sampai benar-benar pulih. Sebelum mengetahui bagaimana cara tubuh manusia melawan virus Corona, perlu dipahami terlebih dahulu, bagaimana cara virus tersebut menyebabkan orang sakit.
Bagaimana Cara Virus Menginfeksi Tubuh Manusia?
Ketika virus masuk ke tubuh manusia, mereka berpacu dengan waktu untuk ‘membajak’ sel-sel, mereproduksi dan akhirnya menyebarkannya. Ketahanan hidup virus sangat bergantung dengan waktu. Sebab, begitu sistem imun tubuh mendeteksi adanya ‘penyusup’, maka terjadilah ‘perang’ melawan virus, termasuk virus Corona jenis baru ini atau istilah ilmiahnya Sars-Cov-2.
Sebelum terjadinya perang di tingkat sel, virus menyusup ke dalam tubuh lewat membran mucus yang terdapat pada hidung dan tenggorokan. Begitu berhasil masuk, virus akan memburu sel-sel yang bisa dibajak. Di saat yang sama, virus-virus ini juga mencoba menyamar untuk mengelabui sistem alarm pada imun tubuh.
“Beberapa jam setelah patogen (agen biologis penyebab penyakit pada inang -red) memasuki tubuh, terjadi seperti sebuah tarian antara respons bawaan imun dan virus,” jelas pakar imunologi dari MRIGlobal Gene Olinger, seperti dikutip dari South China Morning Post.
Pada kondisi ini, virus yang telah masuk ke tubuh mencoba berbagai cara untuk mengelak dari ‘alat’ deteksi pada sistem imun. Virus sebisa mungkin mencoba menahan respons pertahanan tubuh selama mungkin, untuk memberi cukup waktu bagi mereka mengintervensi sel dan menggandakan diri, sampai akhirnya berhasil membuat tubuh sakit.
Bagaimana Cara Tubuh Manusia Melawan Virus Corona?
Pertahanan tubuh manusia pun punya caranya sendiri untuk cepat mendeteksi keberadaan virus dan melawannya. Begitu sistem imun terpacu dan T-cell (limfosit T, kelompok sel darah putih yang berperan penting pada kekebalan seluler) menemukan adanya sel yang sudah menjadi ‘pabrik’ virus, dia akan membentuk palang dan menembakkan molekul-molekul yang menembus membran sel dan membunuh apa saja yang ada di dalamnya.
Berdasarkan pengamatan para peneliti terhadap respons imun tubuh melawan virus serupa Sars-CoV-2, yakni virus Corona jenis lain penyebab penyakit MERS dan SARS, setiap bagian dari sistem imun diperlukan untuk membersihkan tubuh dari virus. Sars-CoV-2 sendiri merupakan virus Corona jenis baru yang belum pernah dideteksi sistem imun, meskipun karakternya mirip dengan virus Corona penyebab MERS dan SARS.
Marjolein Kikkert, associate professor di Leiden University Medical Centre, Belanda, menjelaskan, karena jenis virus ini terbilang masih asing maka sistem imun akan menambah kecepatan untuk melawannya. Sinyal-sinyal bahaya yang dikirimkan sel pun bergerak cepat bagaikan air terjun, memicu tubuh untuk memproduksi protein yang disebut ‘bel alarm’.
Fungsinya memperingatkan sel-sel di sekitarnya akan kehadiran virus dan memproduksi molekul pertahanan tubuh dalam jumlah sangat banyak. Akhirnya sampailah pada kondisi ‘antiviral state’.
Ketika alarm bahaya sudah ‘menggema’ ke seluruh tubuh, virus Corona akan mempercepat penyebarannya dan menyerang lebih banyak sel. Saat inilah T-cell memburu, menangkap dan membunuh sel-sel yang sudah terinfeksi. Paru-paru pun menjadi medan pertempuran dan menjadi bengkak akibat sel imun, molekul dan cairan yang mereka gunakan untuk bergerak.
“Ketika T-cell sudah menemukan sel yang terinfeksi dia akan membuat kait. Sel-sel ini akan terkait dan T-cell mengirimkan molekul-molekulnya menuju sel dan mulai membunuhinya,” jelas Gene Olinger.
Pada orang dengan tubuh yang sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan lain, mekanisme pertahanan tubuh ini bisa efektif. Itulah sebabnya kenapa beberapa orang yang terinfeksi virus Corona bisa sembuh dengan sendirinya asalkan mengonsumsi makanan bergizi, suplemen, vitamin dan istirahat cukup.
Kondisi sebaliknya bisa dialami orang yang sebelumnya mengidap penyakit penyerta. Sebab ketika imun tubuh bergerak secara agresif justru bisa menyerang sel yang sebenarnya masih sehat dan belum terinfeksi. Gejala berat juga bisa dialami bayi dan lanjut usia, sebab sistem pertahanan tubuh mereka lebih lemah ketimbang orang muda.
Maka dari itu sangat penting menerapkan social distancing. Selain untuk melindungi diri sendiri, berarti kita juga ikut membantu melindungi kelompok yang rentan terhadap virus Corona.
Cara Antioksidan Melawan Virus dan Bakteri
Proses antioksidan bekerja adalah saat virus dan bakteri menyerang, tubuh akan memiliki kadar radikal bebas yang lebih tinggi. Sel imun pada umumnya juga menyimpan antioksidan, namun pada kejadian infeksi yang berkepanjangan, fungsi sel imun dapat terganggu oleh radikal bebas. Antioksidan memiliki kemampuan menetralkan zat radikal bebas, sehingga mencegah kerusakan sel imun.
SOD (Superoxide Dismutase) merupakan antioksidan alami dalam tubuh yang berperan pada tahap awal pertahanan terhadap radikal bebas yang terbentuk saat terjadi infeksi virus maupun bakteri.
Nutrisi tambahan yang mengandung antioksidan alami telah terbukti mampu memperbaiki fungsi imun, terutama sistem imun tubuhnya sedang menurun. Antioksidan alami SOD juga terbukti memiliki kemampuan menjaga fungsi sel imun Helper T1 dan Helper T2, oleh karenanya kadar normal antioksidan di dalam tubuh sangat penting untuk menjaga ketahanan imun yang dimediasi oleh sel T, khususnya terhadap infeksi virus dan bakteri.
Glutahione dalam Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Selain menerapkan pola hidup sehat, sebagian orang memilih untuk mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan imunitas tubuh. Konsumsi suplemen glutathione mungkin dapat menjadi pilihan untuk melengkapi pola makan yang kurang bernutrisi.
Glutathione (GSH) berperan khusus dalam pembentukan limfosit, dimana diperlukan kadar Glutathione (GSH) yang optimal. Memainkan peran penting dalam fungsi kekebalan tubuh melalui produksi sel darah putih dan merupakan salah satu agen anti-virus.
Sistem kekebalan bekerja paling baik jika sel-sel limfoid memiliki tingkat glutathione menengah yang seimbang. Bahkan perubahan moderat pada tingkat glutathione intraseluler memiliki efek mendalam pada fungsi limfosit.
Fungsi-fungsi tertentu, seperti respons sintetik DNA, sangat sensitif terhadap zat antara oksigen reaktif dan, oleh karena itu, disukai oleh antioksidan glutathione tingkat tinggi. Jalur sinyal tertentu, sebaliknya, ditingkatkan oleh kondisi oksidatif dan disukai oleh tingkat glutathione intraseluler rendah. Bukti yang ada menunjukkan bahwa limfosit dari subyek manusia yang sehat rata-rata memiliki tingkat glutathione yang optimal. (*)
SINKAP.info | Sumber: TimesIndonesi
Komentar