MERANTI, Sungai tohor – Festival Sagu Nusantara mengusung tema Urun Rembuk Konsolidasi dan Silaturahmi Pemangku Kepentingan dalam Melestarikan Peradaban Ekologi Sagu Pada Hutan Gambut Demi Keberlanjutan, Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat ditaja oleh Masyarakat Sungai Tohor bersama Sekolah Ekologi Indonesia bertempat di halaman sanggar seni desa Sungai tohor kecamatan Tebing tinggi timur Kabupatan Kepulauan Meranti provinsi Riau, Sabtu (14/3).
Festival Sagu Nusantara sebagai icon Masyarakat Sungai Tohor mendapat dukungan dan semangat kebersamaan dari pemerintah kecamatan Tebing tinggi timur dan desa Sungai tohor sebagai bentuk kepedulian berkelanjutan terhadap ekologi yang berdampak kepada pelestarian hutan gambut dan potensi komoditas sagu untuk kesejahteran ekonomi masyarakat Sungai tohor.
Abdul manan selaku ketua panitia pelaksana mengatakan kegiatan ini bukan hanya sebatas serimonial saja namun ada goal ending untuk mendorong keseriusan pemerintah daerah melakukan rembuk konsolidasi bersama kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koperasi dan UMKM beserta Aktifis Lingkungan, Akedimisi dan praktisi lingkungan dari berbagai organisasi.
“Festival Sagu Nusantara berperan aktif dalam mensukseskan kegiatan ini tidak terlepas dari swadaya masyarakat Sungai tohor baik itu kontribusi dana, tenaga dan fikiran,” kata Abdul Manan kepada Sinkap.info dihalaman sanggar seni desa Sungai tohor, Jumat (13/03) malam.
Dikatakan Abdul Manan kita mendorong pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti untuk lebih peka terhadap kepedulian Hutan Gambut dan produksi Sentral Sagu Terpadu yang dikelola satu pintu oleh Koperasi berbasis pemberdayaan masyakarat.
“Sentral Sagu Terpadu sebagai pusat produksi Sagu dengan kualitas terbaik nantinya diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dua kali lipat bagi masyarakat, dengan adanya Sentral Sagu Terpadu juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Sungai tohor,” terang encik Manan sapaan akrap Abdul Manan.
Termasuk Kilang Sagu, sambung Encik Manan, 14 kilang sagu yang tergabung di Sentral Sagu Nusantara bukan hanya memproduksi bahan baku sagu namun produksinya bisa ditingkatkan menjadi tepung sagu berkulitas yang layak di ekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Jepang dengan harga yang lebih tinggi.
Menurut Encik Manan Produksi tepung sagu dengan turunan varian seperti mie sagu, kerupuk sagu, gula sagu dan 300 jenis makanan yang dikelola langsung oleh Koperasi berbasis masyarakat tentunya meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan Masyarakat.
“Ya, semua ini butuh kerjasama dan keseriusan Pemerintahan Daerah, makanya kita undang langsung Kementerian Koperasi untuk memfasilitasi pemasaran produk Sagu kita. Pangsa pasar kita harapkan Nasional sampai ke luar negeri,” harap Encik Manan yang pernah menjadi Narasumber Restorasi Gambut di Paris.
Kendati demikian Encik Manan menjelaskan untuk pemasaran kita masih terkendala dengan ongkos harga pengiriman yang masih mahal, kita inginkan Kementerian Koperasi dan UMKM bisa menjadi solusi untuk memfasilitasinya.
Sisi lain selain produksi Sagu, Ridwan Aktifis Lingkungan putra kelahiran Sungai tohor yang pernah menjadi Narasumber di Jepang ini mengatakan bersama LSM Ekonomi Kreatif Andalan (EKA) sudah melakukan penanaman 1000 kayu alam tahun 2019 untuk mempertahanakan keseimbangan lingkungan.
“Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya pemuda terhadap Lingkungan kami bekerjasama dengan Sekolah Ekologi Indonesia untuk mengedukasi betapa pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan,” kata Ridwan
Disini kita dibantu sama Tarmizi Alba dari Sekolah Ekologi Indonesia, kata Ridwan, bersinergi dengan LSM EKA untuk mengedukasi menjaga Hutan Gambut. Menurut hasil Riset Ridwan yang pernah dipresentasikannya di Negara Matahari terbit tahun lalu (kyoto univercity.red). Hutan Alam harus dilestarikan jika terbakar maka tidak akan ada habitat semula yang akan tumbuh lagi.
“Riset yang saya sampaikan di Forum Internasional di Jepang dihadiri 12 Negara, Hutan yang sudah terbakar akan ditumbuhi oleh semak belukar dan tidak akan tumbuh lagi kayu Alam yang sudah hidup puluhan tahun lalu,” jelas Ridwan.
Jika tidak kita tanam kembali, terang Ridwan, Kayu Alam yang hidup 30-40 tahun tidak akan tumbuh kembali. Padahal pohon memproduksi oksigen sebagai kebutuhan kehidupan manusia.
Ridwan menekankan, kebakaran hutan atau penebangan hutan liar (illegal Loging) jika tidak diperbaiki dan ditanam kembali akan berdampak terhadap keseimbangan kehidupan bukan hanya bagi manusia juga kepada tumbuhan dan hewan lainnya.
“Kerusakan Hutan akibat ulah tangan manusia dan korporasi, Hutan alam tidak bisa memperabaiki dan mempertahankan habitatnya semula tanpa ada penanaman dan perawatan dari manusia. Campur tangan manusia harus peduli untuk melestarikan kembali hutan alam,” tegasnya.
Begitu juga penanaman sagu, kata Ridwan, tidak bisa hanya monokultural jenis pohon sagu atau sawit saja. Butuh keseimbangan adanya jenis pohon kayu alam dilokasi penanaman sagu.
Menurut riset Ridwan yang diakui oleh 12 negara itu, saat curah hujan lebat kayu alam menyerap air sebanyak banyaknya. Kemudian ketika musim kemarau panjang tanaman sagu membutuhkan suplay air yang banyak diserap dari pohon kayu alam.
Pohon kayu alam inilah yang mempertahankan keseimbangan dan kelembaban tanah gambut, begitu juga perlu adanya sekat kanal air untuk tetap mempertahankan gambut agar tidak kering.
Sementara, Tarmizi Alba dari Sekolah Ekologi Indonesia mengatakan solidaritas masyarakat Sungai tohor terhadap kepedulian lingkungan hutan inilah menjadi daya tarik kami untuk meningkatkan pemahaman masyarakat disini.
“Selain daya tarik history, geografi tanah gambut dan potensi sagu disini. Kultur semangat masyarakat sungai tohor ini menjadi nilai edukasi ekologi yang sudah ada dan akan kita kembangkan lagi terhadap lingkungan,” ujar Tarmizi.
“Ya, ini tanggung jawab bersama dan harus didukung oleh keseriusan pemerintah daerah untuk peduli terhadap ekologi. Aset berharga bagi Pemda memiliki potensi SDM dan SDA di Sungai tohor ini, kita tingkatkan keseriusan pada ekologis dan ketepikan egologi dari pemangku kepentingan yang ada,” tegas Tarmizi mengakhiri.*
SINKAP.info | Penulis: MF
Komentar